Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan pemerintah masih menahan kenaikan harga BBM di tengah eskalasi konflik di Timur Tengah yang berdampak pada gejolak harga minyak dunia.
"Sekarang kita tahan, sementara stok aman. Tetapi kita lihat perkembangannya ke depan, mudah-mudahan enggak ada eskalasi konflik Iran-Israel," kata Arifin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Usai menghadiri rapat internal yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, Arifin menjelaskan bahwa Presiden meminta adanya antisipasi untuk melihat skenario yang mungkin terjadi dari konflik tersebut.
Di sisi lain, ia telah memperhitungkan kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada kompensasi dan subsidi BBM di dalam negeri.
Menurut dia, subsidi BBM bisa membengkak sekitar Rp3,5 triliun sampai Rp4 triliun jika harga minyak dunia naik 1 dolar AS per barel. Perhitungan tersebut juga belum termasuk jika kurs rupiah melemah terhadap dolar.
"Kalau harga minyak naik 1 dolar, itu bisa naik sekitar 3,5 sampai 4 triliun untuk kompensasi dan subsidi. Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dolar 100 rupiah juga cukup besar," kata dia.
Ia juga mengakui upaya menahan subsidi BBM agar tidak bengkak karena bergantung pada harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah.
Sejauh ini, Indonesia masih mengimpor minyak mentah dari Arab Saudi, sedangkan LPG berasal dari Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. Sementara itu, impor BBM Indonesia berasal dari Singapura dan Malaysia.
Pemerintah pun berupaya untuk memanfaatkan energi alternatif selain BBM, meskipun program tersebut tidak bisa dijalankan dalam waktu jangka pendek.
"Alternatif energi, apa energi yang bisa kita manfaatkan di dalam negeri untuk bisa menggantikan itu, agar dampak itu bisa kita redam. Tapi itu tidak bisa dalam waktu pendek, tapi program itu sudah ada. Sudah kita programkan dan juga dijalankan," kata dia.