Jakarta (Antaranews Babel) - Indonesia dan Belanda bekerjasama mengembangkan riset terkait pariwisata dengan obyek penelitian berupa pariwisata di pulau-pulau kecil dari tinjauan sosial ekonomi maupun manajemen lingkungan.
Menteri Pariwisata (Menpar) Dr.Ir. Arief Yahya, M.Sc. membuka sekaligus menjadi keynote speech Seminar Internasional dengan topik bahasan hasil penelitian Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung bersama Tourism NHTV Breda & Wageningan University and Research Belanda, berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata, Jumat.
"Pengembangan pariwisata Indonesia sangat `consern` terhadap sustainable tourism, kita menerapkan prinsip: Semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan," kata Menpar Arief Yahya.
Penyelenggaraan seminar sehari merupakan rangkaian kegiatan Penelitian Kerja sama Luar Negeri (PKLN) antara STP Bandung (Indonesia) dengan NHTV-Breda (Belanda).
Kegiatan PKLN diinisiasi oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Puslitabmas) STP Bandung, dilaksanakan sejak 2017, bertujuan meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri serta meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian kepariwisataan di STP Bandung.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi penyelenggaraan seminar internasional yang membahas hasil penelitian mahasiswa STP Bandung bersama NHTV-Breda Belanda.
Obyek penelitian yakni pariwisata di pulau-pulau kecil dari tinjauan sosial ekonomi maupun manajemen lingkungan.
Menpar Arief Yahya didampingi Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ir. Rizki Handayani Mustafa, MBTM, pada kesempatan di sela seminar menyambut baik Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Babel) dijadikan sebagai obyek penelitian.
Terlebih Pulau Belitung telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai satu di antara 10 destinasi pariwisata prioritas (DPP) yang akan dijadikan sebagai `Bali Baru?.
Sementara itu Pulau Sumba dengan Nihi Sumba Island-nya semakin mendunia, setelah memperoleh penghargaan bergengsi internasional sebagai World?s Best Awards (#1Hotel in The World) secara berturut-turut pada 2016 dan 2017 oleh majalah Travel + Leisure.
?Isu menarik yang menjadi salah satu penilaian adalah Nihi Sumba Island berhasil dalam menjaga kelestarian lingkungan atau `environment sustainability` serta keperdulian sosial terhadap masyarakat sekitar,? kata Arief Yahya.
Menurut Menpar, "environment sustainability" atau "tourism sustainability" menjadi isu global dan menjadi perhatian masyarakat internasional, termasuk para traveller dunia akan memberikan apresiasi berupa harga yang lebih tinggi kepada industri pengelola akomodasi yang berhasil menerapkan "tourism sustainability" atau "green" hotel.
Seminar menampilkan tiga kelompok mahasiswa, yakni satu kelompok dari STP Bandung yang mempresentasikan hasil penelitian dengan tema "Tourism Impact on Socio Culture in Sumba and Belitung Island", dan dua kelompok dari NHTV-Breda Belanda mempresentasikan tema "Tourism on Small Island Destination: Socio Economic Inclusiveness and Environmental Management".
Selain itu ditampilkan empat narasumber, antara lain Sebastiaan Straatman Koordinator Program Sarjana Pariwisata NHTV Breda & Wageningen University and Research; Erdinc Cak Mak Dosen dari NHTV Breda & Wageningen University and Research; Indra Ni Tua, ST, M.Comm Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kemenpar; dan Drs.Harwan Ekoncahyono W, MT, Asdep Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar, Drs.Lokot Ahmad Enda, MM; serta moderator Dr. Beta Budisetyorini, M.Sc, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat STP Bandung.
Seminar dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai perguruan tinggi kepariwisataan di Jabodetabek antara lain; Universitas Bina Nusantara, STP Sahid, STP Pelita Harapan, STP Trisakti, dan Tourism and Hospitality Pradita Institute; perguruan tinggi pariwisata di lingkungan Kemenpar (STP Bali, Politeknik Pariwisata/Poltekpar Makassar, Poltekpar Palembang, Poltekpar Lombok, dan Akademi Pariwisata Medan).
Peserta unsur instansi yakni Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kementerian Pariwisata, perwakilan Kedutaan Besar Belanda, organisasi non-pemerintah/NGO GIZ, Swiss Contact, perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Bidang Pariwisata Bahari), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Puslitbang Hutan), dan Kementerian Desa, PDTT.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Menteri Pariwisata (Menpar) Dr.Ir. Arief Yahya, M.Sc. membuka sekaligus menjadi keynote speech Seminar Internasional dengan topik bahasan hasil penelitian Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung bersama Tourism NHTV Breda & Wageningan University and Research Belanda, berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata, Jumat.
"Pengembangan pariwisata Indonesia sangat `consern` terhadap sustainable tourism, kita menerapkan prinsip: Semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan," kata Menpar Arief Yahya.
Penyelenggaraan seminar sehari merupakan rangkaian kegiatan Penelitian Kerja sama Luar Negeri (PKLN) antara STP Bandung (Indonesia) dengan NHTV-Breda (Belanda).
Kegiatan PKLN diinisiasi oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Puslitabmas) STP Bandung, dilaksanakan sejak 2017, bertujuan meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri serta meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian kepariwisataan di STP Bandung.
Menpar Arief Yahya mengapresiasi penyelenggaraan seminar internasional yang membahas hasil penelitian mahasiswa STP Bandung bersama NHTV-Breda Belanda.
Obyek penelitian yakni pariwisata di pulau-pulau kecil dari tinjauan sosial ekonomi maupun manajemen lingkungan.
Menpar Arief Yahya didampingi Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ir. Rizki Handayani Mustafa, MBTM, pada kesempatan di sela seminar menyambut baik Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Babel) dijadikan sebagai obyek penelitian.
Terlebih Pulau Belitung telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai satu di antara 10 destinasi pariwisata prioritas (DPP) yang akan dijadikan sebagai `Bali Baru?.
Sementara itu Pulau Sumba dengan Nihi Sumba Island-nya semakin mendunia, setelah memperoleh penghargaan bergengsi internasional sebagai World?s Best Awards (#1Hotel in The World) secara berturut-turut pada 2016 dan 2017 oleh majalah Travel + Leisure.
?Isu menarik yang menjadi salah satu penilaian adalah Nihi Sumba Island berhasil dalam menjaga kelestarian lingkungan atau `environment sustainability` serta keperdulian sosial terhadap masyarakat sekitar,? kata Arief Yahya.
Menurut Menpar, "environment sustainability" atau "tourism sustainability" menjadi isu global dan menjadi perhatian masyarakat internasional, termasuk para traveller dunia akan memberikan apresiasi berupa harga yang lebih tinggi kepada industri pengelola akomodasi yang berhasil menerapkan "tourism sustainability" atau "green" hotel.
Seminar menampilkan tiga kelompok mahasiswa, yakni satu kelompok dari STP Bandung yang mempresentasikan hasil penelitian dengan tema "Tourism Impact on Socio Culture in Sumba and Belitung Island", dan dua kelompok dari NHTV-Breda Belanda mempresentasikan tema "Tourism on Small Island Destination: Socio Economic Inclusiveness and Environmental Management".
Selain itu ditampilkan empat narasumber, antara lain Sebastiaan Straatman Koordinator Program Sarjana Pariwisata NHTV Breda & Wageningen University and Research; Erdinc Cak Mak Dosen dari NHTV Breda & Wageningen University and Research; Indra Ni Tua, ST, M.Comm Asdep Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kemenpar; dan Drs.Harwan Ekoncahyono W, MT, Asdep Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar, Drs.Lokot Ahmad Enda, MM; serta moderator Dr. Beta Budisetyorini, M.Sc, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat STP Bandung.
Seminar dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai perguruan tinggi kepariwisataan di Jabodetabek antara lain; Universitas Bina Nusantara, STP Sahid, STP Pelita Harapan, STP Trisakti, dan Tourism and Hospitality Pradita Institute; perguruan tinggi pariwisata di lingkungan Kemenpar (STP Bali, Politeknik Pariwisata/Poltekpar Makassar, Poltekpar Palembang, Poltekpar Lombok, dan Akademi Pariwisata Medan).
Peserta unsur instansi yakni Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kementerian Pariwisata, perwakilan Kedutaan Besar Belanda, organisasi non-pemerintah/NGO GIZ, Swiss Contact, perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Bidang Pariwisata Bahari), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Puslitbang Hutan), dan Kementerian Desa, PDTT.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018