Koba (Antaranews Babel) - Sejumlah pedagang pengepul di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memilih menyimpan lada mereka di gudang karena harga komoditas unggulan tersebut terus merosot.
"Harga lada terus merosot dan fluktuatif. Saya memilih menahan lada di gudang sembari menunggu harga mulai membaik," kata Jasmin, seorang pedagang pengepul lada di Koba, Minggu.
Ia mengaku membeli lada langsung kepada petani dengan harga bervariasi antara Rp65 ribu hingga Rp68 ribu per kilogram tergantung kondisi lada dan harga lada dunia terkini.
"Kalau sekarang saya lepas ke pasaran paling tinggi hanya terjual kepada agen Rp69 ribu per kilogram, untungnya terlalu tipis maka saya memilih menahannya di gudang," katanya.
Namun demikian dirinya terus melakukan pembelian lada dari petani di daerah itu, karena momentum yang tepat mengingat posisi harga lada merosot.
"Kalau harga murah tentu saya beli dari petani juga murah, dengan harapan harga lada kembali pada level tertinggi maka itu saat yang tepat saya menjualnya ke pasaran," katanya.
Sementara M Tami, pedagang lada lainnya mengaku baru mulai membeli produk ekspor tersebut dalam beberapa bulan ini karena kondisi harganya berada di level terendah.
"Saya berani membeli lada petani kendati belum skala besar karena saya optimistis harga lada akan kembali naik sampai level tertinggi, tentu secara hitungan ekonomi lebih menguntungkan," ujarnya.
Ia mengaku sudah melakukan pembelian hampir 2 ton dan semuanya disimpan di gudang atau belum dilepas ke pasaran karena harga masih rendah.
"Saya sama seperti yang lainnya memilih menyimpan lada yang sudah dibeli di gudang sembari berharap harga lada kembali meroket baru dilepas semuanya ke pasaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Harga lada terus merosot dan fluktuatif. Saya memilih menahan lada di gudang sembari menunggu harga mulai membaik," kata Jasmin, seorang pedagang pengepul lada di Koba, Minggu.
Ia mengaku membeli lada langsung kepada petani dengan harga bervariasi antara Rp65 ribu hingga Rp68 ribu per kilogram tergantung kondisi lada dan harga lada dunia terkini.
"Kalau sekarang saya lepas ke pasaran paling tinggi hanya terjual kepada agen Rp69 ribu per kilogram, untungnya terlalu tipis maka saya memilih menahannya di gudang," katanya.
Namun demikian dirinya terus melakukan pembelian lada dari petani di daerah itu, karena momentum yang tepat mengingat posisi harga lada merosot.
"Kalau harga murah tentu saya beli dari petani juga murah, dengan harapan harga lada kembali pada level tertinggi maka itu saat yang tepat saya menjualnya ke pasaran," katanya.
Sementara M Tami, pedagang lada lainnya mengaku baru mulai membeli produk ekspor tersebut dalam beberapa bulan ini karena kondisi harganya berada di level terendah.
"Saya berani membeli lada petani kendati belum skala besar karena saya optimistis harga lada akan kembali naik sampai level tertinggi, tentu secara hitungan ekonomi lebih menguntungkan," ujarnya.
Ia mengaku sudah melakukan pembelian hampir 2 ton dan semuanya disimpan di gudang atau belum dilepas ke pasaran karena harga masih rendah.
"Saya sama seperti yang lainnya memilih menyimpan lada yang sudah dibeli di gudang sembari berharap harga lada kembali meroket baru dilepas semuanya ke pasaran," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018