Bangka Barat (Antaranews Babel) - Ratusan warga Simpangteritip, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memadati Kelenteng Bakti Mulia untuk merayakan sembahyang rebut.
"Adat sembahyang rebut merupakan ritual yang dilakukan turun temurun warga keturunan Tionghoa sebagai ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang didapat dalam setahun terakhir," kata Wakil Bupati Bangka Barat, Markus di Muntok, Sabtu.
Menurut dia, tradisi tahunan yang puncak acaranya diakhiri dengan pembakaran patung raksasa tersebut cukup menarik sehingga selalu dipadati warga sekitar kelenteng.
Sembahyang rebut merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dan hasil panen dari cocok tanam yang berlimpah pada tahun ini, serta untuk menyambut musim tanam yang baru agar ke depan lebih berhasil lagi dari tahun sebelumnya.
"Kami mengapresiasi warga keturunan yang masih memertahankan salah satu budaya warisan leluhur, kami berharap ke depan kegiatan ini bisa semakin berkembang dan mampu memberi andil dalam pembangunan kepariwisataan Bangka Barat," katanya.
Menurut dia, salah satu budaya warga keturunan Tionghoa itu harus terus dilestarikan agar dapat menjadi salah satu pariwisata religius di Bangka Barat.
"Pemkab Bangka Barat sangat mendukung kegiatan seperti ini, diharapkan ke depan lebih meriah dan teragenda sehingga semakin banyak pengunjung," katanya.
Selain itu, terlaksananya ritual sembahyang rebut di daerah itu juga bisa dijadikan contoh sebagai daerah yang dapat menjaga kerukunan umat beragama.
"Ritual ini tidak hanya dihadiri warga Konghucu, namun warga yang beda agama juga banyak yang menghadiri, inilah yang harus dijaga, keharmonisan dan kerukunan umat beragama," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Adat sembahyang rebut merupakan ritual yang dilakukan turun temurun warga keturunan Tionghoa sebagai ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang didapat dalam setahun terakhir," kata Wakil Bupati Bangka Barat, Markus di Muntok, Sabtu.
Menurut dia, tradisi tahunan yang puncak acaranya diakhiri dengan pembakaran patung raksasa tersebut cukup menarik sehingga selalu dipadati warga sekitar kelenteng.
Sembahyang rebut merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dan hasil panen dari cocok tanam yang berlimpah pada tahun ini, serta untuk menyambut musim tanam yang baru agar ke depan lebih berhasil lagi dari tahun sebelumnya.
"Kami mengapresiasi warga keturunan yang masih memertahankan salah satu budaya warisan leluhur, kami berharap ke depan kegiatan ini bisa semakin berkembang dan mampu memberi andil dalam pembangunan kepariwisataan Bangka Barat," katanya.
Menurut dia, salah satu budaya warga keturunan Tionghoa itu harus terus dilestarikan agar dapat menjadi salah satu pariwisata religius di Bangka Barat.
"Pemkab Bangka Barat sangat mendukung kegiatan seperti ini, diharapkan ke depan lebih meriah dan teragenda sehingga semakin banyak pengunjung," katanya.
Selain itu, terlaksananya ritual sembahyang rebut di daerah itu juga bisa dijadikan contoh sebagai daerah yang dapat menjaga kerukunan umat beragama.
"Ritual ini tidak hanya dihadiri warga Konghucu, namun warga yang beda agama juga banyak yang menghadiri, inilah yang harus dijaga, keharmonisan dan kerukunan umat beragama," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018