Magetan, Jawa Timur (Antaranews Babel) - 40 personel Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi, Jawa Timur, diikutkan dalam Kursus Intensif Bahasa Asing Rusia. Ini bagian dari persiapan TNI AU dalam mengoperasikan Sukhoi Su-35 Flanker E yang digadang-gadang akan segera bergabung dengan armada pesawat tempur TNI AU.
Kepala Dinas Personel Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Kolonel Navigasi Saeful Rakhmat, di Magetan, Kamis, menjelaskan, 40 personel yang dikursuskan itu meliputi penerbang dan teknisi yang akan mengoperasikan pesawat Sukhoi Su-35. Mereka terdiri dari sembilan perwira, 15 bintara, dan 24 tamtama.
"Dengan dilaksanakannya kursus bahasa Rusia diharapkan para personel yang sebagian besar dari Skuadron Udara 14 TNI AU yang ber-home base di Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi bisa mengerti dan memahami bahasa Rusia," katanya.
Sejak awal TNI AU memilih mencari pengganti F-5 E/F Tiger II buatan Northrop, Amerika Serikat, di Skuadron Udara 14, ketimbang memanjangkan umur pemakaian pesawat tempur mesin ganda di kelas interseptor itu.
Kursus intensif bahasa Rusia itu, kata dia, rencananya dibuka Komandan Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Samsul Rizal, pada Senin (3/9), di Sekolah Bahasa Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Skuadron Pendidikan 505 Wing Pendidikan Umum.
"Kursus dilaksanakan selama tiga bulan dari 3 September hingga 27 November," ujarnya.
Ia menyebutkan, TNI AU akan menggandeng lembaga dari luar TNI AU dalam kursus bahasa Rusia itu, yaitu instruktur dari Lembaga Bahasa Internasional Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia.
Sukhoi Su-35 Flanker E (ada juga yang menyebut sebagai Super Flanker), merupakan pengembangan lanjut dari Su-27 Flanker. Su-35 Flanker E semula dinamai Su-27M dan ditenagai mesin yang lebih modern ketimbang tetuanya, yaitu dua unit mesin Saturn AL-31 dengan pengembangan signifikan pada durasi dan ketahanan operasionalnya.
Usia atau jam operasional menjadi krusial pada pesawat-pesawat tempur Rusia, dan untuk Su-35 yang didedikasikan untuk pasar ekspor pasca kelesuan ekonomi 2007-2008, Rusia menuangkan inovasi dan teknologi propulsi papan atasnya.
Sebelum ini, Deputi Direktur Departemen Angkatan Udara Rusia,Tsyplakov Yury, dan rombongan telah datang ke Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi. Mereka hadir di sana untuk melihat secara langsung kesiapan lokasi yang digadang-gadang sebagai calon home base Su-35 Flanker E, yang dibeli Indonesia dengan skema 50 persen imbal beli komoditas perkebunan/pertanian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Kepala Dinas Personel Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Kolonel Navigasi Saeful Rakhmat, di Magetan, Kamis, menjelaskan, 40 personel yang dikursuskan itu meliputi penerbang dan teknisi yang akan mengoperasikan pesawat Sukhoi Su-35. Mereka terdiri dari sembilan perwira, 15 bintara, dan 24 tamtama.
"Dengan dilaksanakannya kursus bahasa Rusia diharapkan para personel yang sebagian besar dari Skuadron Udara 14 TNI AU yang ber-home base di Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi bisa mengerti dan memahami bahasa Rusia," katanya.
Sejak awal TNI AU memilih mencari pengganti F-5 E/F Tiger II buatan Northrop, Amerika Serikat, di Skuadron Udara 14, ketimbang memanjangkan umur pemakaian pesawat tempur mesin ganda di kelas interseptor itu.
Kursus intensif bahasa Rusia itu, kata dia, rencananya dibuka Komandan Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Samsul Rizal, pada Senin (3/9), di Sekolah Bahasa Pangkalan Udara TNI AU Iswahjudi, Skuadron Pendidikan 505 Wing Pendidikan Umum.
"Kursus dilaksanakan selama tiga bulan dari 3 September hingga 27 November," ujarnya.
Ia menyebutkan, TNI AU akan menggandeng lembaga dari luar TNI AU dalam kursus bahasa Rusia itu, yaitu instruktur dari Lembaga Bahasa Internasional Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia.
Sukhoi Su-35 Flanker E (ada juga yang menyebut sebagai Super Flanker), merupakan pengembangan lanjut dari Su-27 Flanker. Su-35 Flanker E semula dinamai Su-27M dan ditenagai mesin yang lebih modern ketimbang tetuanya, yaitu dua unit mesin Saturn AL-31 dengan pengembangan signifikan pada durasi dan ketahanan operasionalnya.
Usia atau jam operasional menjadi krusial pada pesawat-pesawat tempur Rusia, dan untuk Su-35 yang didedikasikan untuk pasar ekspor pasca kelesuan ekonomi 2007-2008, Rusia menuangkan inovasi dan teknologi propulsi papan atasnya.
Sebelum ini, Deputi Direktur Departemen Angkatan Udara Rusia,Tsyplakov Yury, dan rombongan telah datang ke Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi. Mereka hadir di sana untuk melihat secara langsung kesiapan lokasi yang digadang-gadang sebagai calon home base Su-35 Flanker E, yang dibeli Indonesia dengan skema 50 persen imbal beli komoditas perkebunan/pertanian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018