Jakarta, (Antaranews Babel) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM dalam waktu dekat.
"BBM naik? Gini pemerintah tidak merencanakan harga BBM naik dalam waktu dekat. Ya, jelas ya," tegas Jonan di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa.
Jawaban Jonan tersebut menanggapi wacana bahwa muncul spekulasi untuk menaikkan harga BBM atas kekhawatiran terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Informasi tersebut berdasar pada Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, yang ditutup melanjutkan pelemahan di tengah kekhawatiran investor terhadap fluktuasi rupiah.
IHSG ditutup melemah 62,27 poin atau 1,04 persen menjadi 5.905,30. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 9,84 poin atau 1,05 persen menjadi 931,65.
Kepala Riset MNC Sekuritas, Edwin Sebayang di Jakarta, secara terpisah mengatakan bahwa sentimen negatif eksternal yang memicu depresiasi nilai tukar rupiah berimbas negatif ke pasar saham.
"Pergerakan mata uang yang cenderung melemah membuat investor di pasar modal khawatir dapat berdampak pada fundamental ekonomi," ujarnya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa salah satu strategi pemerintah dalam menjaga fluktuasi rupiah ke depannya dengan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM), diharapkan dapat menahan tekanan mata uang domestik ke depannya.
"Kemungkinan kebijakan kenaikan BBM akan mendapat apresiasi dari investor sehingga terbuka potensi pembalikan arah IHSG ke area positif," katanya.
Ia menambahkan bahwa kebijakan kenaikan bahan bakar minyak juga dapat menurunkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang akhirnya dapat mendorong nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS.
Sementara itu tercatat, frekuensi perdagangan saham pada hari ini (4/9) sebanyak 284.336 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 8,69 miliar lembar saham senilai Rp5,56 triliun. Sebanyak 86 saham naik, 300 saham menurun, dan 90 saham tidak bergerak nilainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"BBM naik? Gini pemerintah tidak merencanakan harga BBM naik dalam waktu dekat. Ya, jelas ya," tegas Jonan di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa.
Jawaban Jonan tersebut menanggapi wacana bahwa muncul spekulasi untuk menaikkan harga BBM atas kekhawatiran terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Informasi tersebut berdasar pada Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, yang ditutup melanjutkan pelemahan di tengah kekhawatiran investor terhadap fluktuasi rupiah.
IHSG ditutup melemah 62,27 poin atau 1,04 persen menjadi 5.905,30. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 9,84 poin atau 1,05 persen menjadi 931,65.
Kepala Riset MNC Sekuritas, Edwin Sebayang di Jakarta, secara terpisah mengatakan bahwa sentimen negatif eksternal yang memicu depresiasi nilai tukar rupiah berimbas negatif ke pasar saham.
"Pergerakan mata uang yang cenderung melemah membuat investor di pasar modal khawatir dapat berdampak pada fundamental ekonomi," ujarnya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa salah satu strategi pemerintah dalam menjaga fluktuasi rupiah ke depannya dengan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM), diharapkan dapat menahan tekanan mata uang domestik ke depannya.
"Kemungkinan kebijakan kenaikan BBM akan mendapat apresiasi dari investor sehingga terbuka potensi pembalikan arah IHSG ke area positif," katanya.
Ia menambahkan bahwa kebijakan kenaikan bahan bakar minyak juga dapat menurunkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang akhirnya dapat mendorong nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar AS.
Sementara itu tercatat, frekuensi perdagangan saham pada hari ini (4/9) sebanyak 284.336 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 8,69 miliar lembar saham senilai Rp5,56 triliun. Sebanyak 86 saham naik, 300 saham menurun, dan 90 saham tidak bergerak nilainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018