Jakarta (Antaranews Babel) - Indonesia membantu Palestina untuk peningkatan kapasitas bidang pengawasan obat, sebagai bagian dari komitmen kemitraan Selatan-Selatan.
"Kita luncurkan perdana kerja sama tahun jamak antar-BPOM dua negara. Ini membanggakan kami, bisa kontribusi untuk dukung Palestina meningkatkan kapasitasnya," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito di Jakarta, Senin.
Di sela pelatihan yang melibatkan dua negara bertema Strengthening Cooperation in The Field of Drug Control Through Knowledge Sharing, dia mengatakan peningkatan kapasitas pengawasan obat untuk Palestina itu merupakan bagian dari kerja sama dua negara di bidang kesehatan. Selain itu, terdapat kerja sama untuk bidang multisektor lainnya.
Pelatihan Tahap satu itu dilaksanakan pada 15-19 Oktober. Pelaksanaan kegiatan itu bersamaan dengan digelarnya Pekan Solidaritas Palestina yang diselenggarakan tanggal 15-21 Oktober 2018 di Jakarta untuk memperingati 29 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.
BPOM menyatakan komitmen untuk Palestina sejak kunjungan kerja ke Yordania dan Markas Besar Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada bulan November 2017.
Hal yang dilakukan BPOM untuk pengembangan kapasitas obat termasuk makanan di antaranya dengan otorisasi uji klinis, otorisasi pemasaran, inspeksi peraturan, pengujian laboratorium, rilis vaksin, farmakovigilan serta pengawasan dalam bentuk pelatihan dan saran teknis.
Penny mengatakan kerja sama terkait pengawasan obat merupakan langkah awal dan bisa diperkuat untuk sektor yang lebih luas lagi, terutama sektor-sektor yang terkait dengan kerja BPOM.
"Ini pertama kali dengan mengambil masa kerja sama tahun jamak ke depan. Nanti akan ada kerja sama ekonomi, ekspor impor agar lebih baik dalam kerja sama antarnegara Islam," katanya.
Kepala BPOM mengatakan kerja sama teknis tahun pertama pada 2018 dilatarbelakangi prinsip solidaritas atas beberapa tantangan yang dihadapi Palestina dalam bidang kesehatan, antara lain keterbatasan akses terhadap obat generik dan isu terkait kemandirian obat.
"Sebagai salah satu negara terkemuka dalam produksi vaksin, Indonesia berkomitmen membantu negara berkembang lainnya, terutama negara anggota OKI untuk meningkatkan kapasitas di bidang pengembangan vaksin," kata dia.
BPOM sebagai bagian dari pemerintah Indonesia, kata dia, sangat tertarik untuk mengambil peran penting dalam pengelolaan obat-obatan dan vaksin yang membantu negara anggota OKI meningkatkan kapasitas mereka dalam peraturan obat dan produksi, khususnya vaksin.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Kita luncurkan perdana kerja sama tahun jamak antar-BPOM dua negara. Ini membanggakan kami, bisa kontribusi untuk dukung Palestina meningkatkan kapasitasnya," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito di Jakarta, Senin.
Di sela pelatihan yang melibatkan dua negara bertema Strengthening Cooperation in The Field of Drug Control Through Knowledge Sharing, dia mengatakan peningkatan kapasitas pengawasan obat untuk Palestina itu merupakan bagian dari kerja sama dua negara di bidang kesehatan. Selain itu, terdapat kerja sama untuk bidang multisektor lainnya.
Pelatihan Tahap satu itu dilaksanakan pada 15-19 Oktober. Pelaksanaan kegiatan itu bersamaan dengan digelarnya Pekan Solidaritas Palestina yang diselenggarakan tanggal 15-21 Oktober 2018 di Jakarta untuk memperingati 29 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.
BPOM menyatakan komitmen untuk Palestina sejak kunjungan kerja ke Yordania dan Markas Besar Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada bulan November 2017.
Hal yang dilakukan BPOM untuk pengembangan kapasitas obat termasuk makanan di antaranya dengan otorisasi uji klinis, otorisasi pemasaran, inspeksi peraturan, pengujian laboratorium, rilis vaksin, farmakovigilan serta pengawasan dalam bentuk pelatihan dan saran teknis.
Penny mengatakan kerja sama terkait pengawasan obat merupakan langkah awal dan bisa diperkuat untuk sektor yang lebih luas lagi, terutama sektor-sektor yang terkait dengan kerja BPOM.
"Ini pertama kali dengan mengambil masa kerja sama tahun jamak ke depan. Nanti akan ada kerja sama ekonomi, ekspor impor agar lebih baik dalam kerja sama antarnegara Islam," katanya.
Kepala BPOM mengatakan kerja sama teknis tahun pertama pada 2018 dilatarbelakangi prinsip solidaritas atas beberapa tantangan yang dihadapi Palestina dalam bidang kesehatan, antara lain keterbatasan akses terhadap obat generik dan isu terkait kemandirian obat.
"Sebagai salah satu negara terkemuka dalam produksi vaksin, Indonesia berkomitmen membantu negara berkembang lainnya, terutama negara anggota OKI untuk meningkatkan kapasitas di bidang pengembangan vaksin," kata dia.
BPOM sebagai bagian dari pemerintah Indonesia, kata dia, sangat tertarik untuk mengambil peran penting dalam pengelolaan obat-obatan dan vaksin yang membantu negara anggota OKI meningkatkan kapasitas mereka dalam peraturan obat dan produksi, khususnya vaksin.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018