Sungailiat, Babel  (Antaranews Babel) - Bangka Flora Society (BFS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung komunitas pecinta lingkungan berduka setelah Idha Susanti (44) warga Bogor, Jawa Barat, yang juga akademisi Universitas Bangka Belitung (UBB) seorang mativator dan inspirator dinyatakan salah satu korban Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Tanjung Kerawang, Jawa Barat. 

"Beliau merupakan motivator dan inspirator bagi kami juga penggiat lingkungan yang konsen dalam penyelamatan anggrek di Bangka. Dosen biologi di Universitas Bangka Belitung (UBB) sedang menempuh S3 di Institut Pertanian Bogor ini bergabung dengan BFS sejak 2007 lalu," kata Sekretaris Bangka Flora Society, Fahmi Andika di Sungailiat, Kamis.

Dia mengatakan, dari awal pembentukan BFS, Idha Susanti yang disapa akrab Ibu Idha keluarga besar BFS sempat melakukan komunikasi lewat aplikasi pesan grup whatapps satu hari sebelum pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta - Pangkal Pinang yang tumpangi mengalami kecelakaan.

Menurut dia, korban sempat kontak dengan dirinya terkait kegiatan di Sungai Upang, karena ibu korban pada tahun 2017 sempat ikut menggarap Sungai Upang saat daerah itu masih hutan.

"Ibu Idha menyatakan akan bertemu hari Senin (29/10), dia bilang akan berangkat bersama kita, karena selama empat hari nanti di Bangka," katanya. 

Pada hari Senin ketika berangkat ke bandara Soekarno Hatta dari kediamannya di Bogor diantar suami ke Bandara Soekarno Hatta. Diluar kebiasaan setelah sampai sesuai jadwal normal keberangkatan Ibu Idha tidak memberi kabar ke suami. Suaminya sempat menelepon ke UBB menanyakan perihal sudah tiba atau belum di Bangka, hingga akhirnya tersiar kabar kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.
   
 Agenda utamanya memang sebagai dosen UBB dan agenda lainnya ke BFS terkait bagian penelitian dan pendidikan di BFS.

"Kami akan membicarakan apa rencana pengembangan di Sungai Upang, waktu dulu beliau rencananya akan mengembangkan Pulau Anggrek di tempat itu," katanya. 

Di BFS Babel, Ibu Idha terkenal sebagai sosok ibu-ibu yang cukup aktif dalam setiap kegiatan BFS atau pun ekspedisi khusus pelestarian anggrek. Rekan-rekan BFS terkesan saat bersama Ibu Idha ke Suak (Sungai kecil) di Desa Rukem beberapa waktu lalu untuk ekspedisi penyelamatan anggrek.

Ibu Idha kala itu bersama BFS Babel menyelamatkan anggrek di kawasan yang bakal di alih fungsikan dari hutan kemasyarakatan ke pertambangan.

"Kita ikut serta bersama ibu itu menyeberangi sungai berlumpur bawa karung berisi anggrek. Luar biasa lah beliau ini, kita lucu-lucuan sama-sama walau waktu ia akademisi lulusan S2, tapi dia larut dalam kebersamaan. Kita mau istimewakan beliau tidak mau, katanya biasa-biasa saja lah," katanya.

Ditambahkannya, Ibu Idha juga menjadi jembatan BFS dengan IPB serta Kebun Raya Bogor dalam program-program pelestarian lingkungan, khususnya anggrek lokal Bangka.

Sosok pemalu tapi menyenangkan yang melekat padanya menjadi motivasi dan inspirasi anggota BFS lainnya maupun masyarakat tempat kegiatan untuk mencintai lingkungan.

"Ibu Idha orang kota sangat mencintai lingkungan, itu memancing anak-anak, para orang tua untuk mencintai lingkungan serta memotivasi anak-anak menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dia inspirasi kita bagi masyarakat," katanya. 

Pihaknya berharap bagaimana dan apapun kondisinya Ibu Idha bisa ditemukan serta almarhumah khusnul khotimah dan apa yang dilakukan untuk lingkungan menjadi amal jariah. ***4***

Pewarta: Dwi HP

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018