Koba (Antara Babel) - Warga Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung terus melestarikan kawasan hutan pelawan sebagai habitat hewan lebah yang menghasilkan madu pahit.
Kepala Desa Namang Zaiwan di Koba, Jumat, mengatakan, hutan pelawan ini mampu memproduksi madu lebah pahit yang memiliki nilai jual tinggi ketika dilepas ke pasaran.
"Hutan ini dinamakan hutan pelawan karena banyak ditemukan kayu pelawan dan kembang kayu tersebut dimakan lebah, kemudian menghasilkan madu pahit," jelasnya.
Ia menjelaskan, produksi madu pahit ini dikemas dengan baik agar lebih menarik dan memiliki nilai jual tinggi sehingga peminatnya tidak saja dari dalam Pulau Bangka tetapi juga para wisatawan luar.
"Usaha madu pelawan ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sudah terbentuk, agar bisa memiliki nilai ekonomis tinggi dan uang hasil penjualan madu juga untuk pembangunan desa ke depan," ujarnya.
Selain menghasilkan madu pahit, hutan pelawan ini kata dia sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata alam yang menarik dan eksotis karena kondisi hutannya yang masih asri.
"Pemerintah daerah sudah membangunan fasilitas pendukung di kawasan hutan itu dan hingga sekarang sudah banyak pengunjung baik dari luar dan dalam untuk menikmati kesejukan hutan itu," katanya.
Bahkan kata dia, baru-baru ini sejumlah anggota DPRD Rejang Lebong menyempatkan berkunjung ke hutan wisata pelawan di sela kunjungan ke Kabupaten Bangka Tengah.
"Mereka tahu banyak dengan hutan ini melalui akses internet dan mengaku kagum dengan masyarakat Namang yang mampu melestarikannya mengingat kondisi alam Bangka yang rusak parah akibat penambangan bijih timah," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
Kepala Desa Namang Zaiwan di Koba, Jumat, mengatakan, hutan pelawan ini mampu memproduksi madu lebah pahit yang memiliki nilai jual tinggi ketika dilepas ke pasaran.
"Hutan ini dinamakan hutan pelawan karena banyak ditemukan kayu pelawan dan kembang kayu tersebut dimakan lebah, kemudian menghasilkan madu pahit," jelasnya.
Ia menjelaskan, produksi madu pahit ini dikemas dengan baik agar lebih menarik dan memiliki nilai jual tinggi sehingga peminatnya tidak saja dari dalam Pulau Bangka tetapi juga para wisatawan luar.
"Usaha madu pelawan ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sudah terbentuk, agar bisa memiliki nilai ekonomis tinggi dan uang hasil penjualan madu juga untuk pembangunan desa ke depan," ujarnya.
Selain menghasilkan madu pahit, hutan pelawan ini kata dia sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata alam yang menarik dan eksotis karena kondisi hutannya yang masih asri.
"Pemerintah daerah sudah membangunan fasilitas pendukung di kawasan hutan itu dan hingga sekarang sudah banyak pengunjung baik dari luar dan dalam untuk menikmati kesejukan hutan itu," katanya.
Bahkan kata dia, baru-baru ini sejumlah anggota DPRD Rejang Lebong menyempatkan berkunjung ke hutan wisata pelawan di sela kunjungan ke Kabupaten Bangka Tengah.
"Mereka tahu banyak dengan hutan ini melalui akses internet dan mengaku kagum dengan masyarakat Namang yang mampu melestarikannya mengingat kondisi alam Bangka yang rusak parah akibat penambangan bijih timah," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014