Pangkalpinang, (ANTARA Babel) - Pelayaran kapal dari Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta menuju Pelabuhan Pangkalbalam di Pulau Bangka, tersendat karena cuaca di perairan memburuk yang membahayakan keselamatan kapal tersebut.
"Terhitung Minggu (13/1) hingga saat ini, kapal layanan motor (KLM) ini belum ada yang masuk ke Pelabuhan Pangkalbalam untuk sandar dan membongkar muatan kapal," ujar Kasi Keselamatan Kapal ASDP Pangkalbalam, Hasoloan Siregar di Pangkalpinang, Selasa.
Ia menjelaskan, rata-rata KLM berangkat dari Pelabuhan Sunda Kelapa menuju Pelabuhan Pangkalbalam bermuatan sembilan bahan pokok, buah-buahan, klontongan, bahan bangunan dan kebutuhan masyarakat lainnya.
"Tersendatnya pelayaran KLM ini, berdampak penurunan aktivitas bongkar muat di pelabuhan, karena pekerja bongkar muat hanya membongkar muatan kapal kargo," ujarnya.
Ia mengatakan, selama cuaca di perairan memburuk KLM ini rawan kecelakaan karena rata-rata kapal ini berbahan kayu dan hanya memiliki kapasitas muatan 300 kubik per kapal.
"Biasanya, kunjungan KLM di Pelabuhan Pangkalbalam mencapai lima hingga enam unit per hari, namun sejak cuaca di perairan memburuk KLM tidak ada lagi yang masuk karena nahkodanya takut berlayar seiring adanya surat edaran peringatan larangan berlayar dari Mahkamah Pelayaran (Mapel)," ujarnya.
Menurut dia, saat ini, pelayaran kapal kargo masih lancar, karena kapasitas kapal berbahan baku besi ini rata-rata di atas 1.000 grosston, sehingga gelombang setinggi tiga hingga empat meter tidak mempengaruhi pelayaran kapal berukuran besar tersebut.
"Saat ini, kapal kargo yang sandar membongkar muatan di Pelabuhan Pangkalbalam sebanyak tiga unit dan aktivitas bongkar dan pendistribusian barang ke masyarakat masih berjalan lancar," ujarnya.
Ia berharap, cuaca kembali normal, sehingga KLM ini kembali berlayar memasok berbagai kebutuhan masyarakat, sehingga ketersediaan berbagai kebutuhan masyarakat lebih memadai dan otomatis harga kebutuhan stabil.
"Apabila ketersediaan berbagai kebutuhan masyarakat kurang karena tersendatnya pelayaran kapal akan berdampak kenaikan harga barang yang tinggi karena hampir 90 persen berbagai kebutuhan masyarakat Pulau Bangka dipasok dari luar daerah," ujarnya.
