Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mewaspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia dengan terus melakukan surveilans untuk mendeteksi setiap kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.
"Jadi surveilans kita masih jalan untuk memantau kemungkinan mengenai hal itu. Untuk mendeteksi kemungkinan kasus pada orang atau petugas, pekerja yang bekerja di peternakan (peternakan babi). Itu sebenarnya ranahnya Kementerian Pertanian (Kementan)," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Kemenkes Siti Nadia Tarmizi melalui sambungan telepon kepada ANTARA, Kamis.
Ia menyampaikan hal itu merespons laporan dari ilmuwan China tentang galur baru virus influenza G4 EA H1N1 yang dikabarkan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis).
Selain melakukan surveilans, katanya, Kemenkes memiliki tugas dan fungsi menginformasikan kemungkinan penemuan kasus pada orang yang sakit flu pada satu populasi tertentu, misalnya pada pekerja di peternakan babi.
"Kemudian oleh Puskesmas bersama Dinas Peternakan sama-sama melakukan kajian epidemiologi kalau di suatu daerah mungkin ada," katanya.
Namun demikian, lanjutnya, sampai saat ini, baik Kementan maupun Kemenkes belum menemukan potensi serangan flu babi galur baru tersebut, baik pada hewan maupun potensi penularannya dari hewan ke manusia. "Kita belum ada laporan seperti itu," katanya.
Nadia mengatakan virus tersebut pada dasarnya merupakan "self limiting desease" atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya dan sudah dinyatakan sebagai flu biasa di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vaksinnya pada hewan juga sudah ada.
"Vaksinnya sudah ada. Jadi ya pertama vaksin hewan, karena flu babi, influenza pada hewan itu tentu sudah ada vaksin. Kemudian vaksin pada manusia, kalau memang diperlukan. Sebenarnya (untuk pencegahan) standarnya sama, cuci tangan, melakukan praktik-praktik untuk pencegahan dan sebagainya," kata dia.
"Jadi, sampai sekarang kuncinya adalah surveilans. Selama surveilans jalan, kita tidak terlalu jadi masalah. Karena sampai saat ini belum ada kasus. Artinya, kita melihat kasus pada manusianya belum ada laporan. Tapi kasus pada hewannya juga kita tidak mendapat laporan dari Kementan," kata Nadia.
Sebelumnya, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan menjelaskan bahwa virus flu babi (swine flu) berbeda dengan virus demam babi Afrika atau African swine fever (ASF).
"Kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia pada saat ini adalah ASF dan bukan flu babi," kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita di Jakarta, Rabu.
Berita Terkait
Babi mati mendadak di Maua Hilia Agam positif terpapar flu babi Afrika
24 Desember 2021 08:55
Puluhan babi liar mati mendadak diduga terjangkit ASF
4 Desember 2021 19:52
Tercatat 600 ekor babi di Bangka mati akibat virus ASF
18 Maret 2021 16:01
Balai Veteriner Lampung menemukan virus flu babi Afrika di Bangka
18 Maret 2021 15:19
Ada temuan virus, Kementan tegaskan tidak impor babi dari China
7 Juli 2020 11:48
Waspada flu babi, Kementan tingkatkan pengawasan lalu lintas hewan
2 Juli 2020 11:22
117 Pekerja Vietnam Terinfeksi Flu Babi
26 September 2016 10:15
Menkes: Tiket periksa kesehatan gratis saat HUT dibagi via SatuSehat
10 November 2024 18:29