Jakarta, 3/2 (Antara Babel) - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) menargetkan penempatan peserta magang kerja ke Jepang sebanyak 2.500 orang pada tahun 2013.
Mereka akan ditempatkan di 60 jenis kejuruan kerja di 500 perusahaan, kata Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Abdul Wahab Bangkona dalam keterangan pers Pusat Humas Kemnakertrans di Jakarta, Minggu.
Pemerintah Indonesia dan Jepang, kata dia, berkomitmen memfasilitasi pelaksanaan kerja sama ini. Program pemagangan menjadi salah satu solusi alternatif dalam mengatasi masalah pengangguran.
Ia menegaskan bahwa program pemagangan pun menjadi titik awal untuk membuka lapangan kerja baru melalui wirausaha mandiri.
Target penempatan peserta magang pada tahun 2013 itu lebih tinggi daripada realisasi penempatan peserta magang pada tahun 2012 yang mencapai 2.200 orang peserta.
Sementara itu, program pemagangan diprioritaskan untuk kejuruan di bidang industri, otomotif, tekstil, listrik, manufaktur, mesin, dan bangunan.
Abdul Wahab mengatakan bahwa program pemagangan kerja di perusahaan-perusahaan Jepang itu merupakan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Jepang yang telah terjalin selama 20 tahun.
Untuk melihat langsung pelaksanaan pemagangan di Jepang, Abdul Wahab juga melakukan kunjungan kerja ke Jepang pada hari Sabtu (2/2) dan Minggu (3/2).
Dalam kunjungannya, Wahab melakukan pertemuan dengan IMM, peninjauan Training Center Japan Indonesia Association for Economy Cooperation (JIAEC), organisasi yang beranggotakan 500 perusahaan yang mendapatkan izin dari pemerintah Jepang untuk menyelenggarakan program praktik kerja di Jepang.
Wahab juga mengunjungi Japan International Training Cooperation Organization (JITCO), instansi yang berwenang dalam pengawasan penyelenggaraan pemagangan di Jepang bagi warga negara asing.
Selama 20 tahun pelaksanaan program magang kerja ke Jepang telah diikuti 45.826 orang.
"Sekembalinya peserta pemagangan ke Indonesia, diharapkan dapat membuka usaha mandiri atau bekerja sebagai karyawan di perusahaan-perusahaan Jepang atau perusahaan lainnya yang ada di Indonesia," kata Wahab.
Program pemagangan ke Jepang disebut Wahab dapat membantu tenaga kerja secara cepat terserap di pasar kerja karena program pemagangan memberikan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan sekaligus pengalaman kerja dengan berbagai kondisi ketenagakerjaan di perusahaan.
Pelaksanaan program pemagangan semacam itu juga merupakan salah satu penerapan konsep "link and match", yaitu memastikan dunia pendidikan dan pelatihan agar selaras dengan kebutuhan dunia kerja, serta mempercepat upaya pengurangan angka pengangguran.
"Mantan peserta magang selama ini memang banyak yang langsung diminati perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri, terutama otomotif, tekstil, listrik, manufaktur, mesin, dan bangunan," kata Wahab.
Program kerja magang di Jepang itu merupakan kerja sama Kemnakertrans dengan IMM (International Manpower Development of Mediumand Small Enterprises) Jepang yang dimulai pada tahun 1993.
Sebelum berangkat magang ke Jepang, para calon peserta mengikuti berbagai program pelatihan yang dapat disesuaikan dengan minat dan bakat peserta, seperti bidang mekanik, ahli elektronik, las listrik, bangunan, perkayuan, atau pabrik makanan.
Selama bekerja magang di Jepang, para peserta akan dilindungi oleh asuransi dan jaminan kesehatan sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan di Jepang.
Selain itu mereka mendapatkan penghasilan/gaji secara rutin yaitu untuk tahun pertama mendapatkan gaji 80.000 yen (Rp8,2 juta) per bulan.
Selanjutnya untuk tahun kedua akan mendapatkan gaji magang 90.000 yen (Rp9,2 juta) dan tahun ketiga 100.000 yen (Rp10,2 juta) serta mendapatkan uang bantuan permodalan setelah lulus.