Pangkalpinang (ANTARA) - Dengan mempertimbangkan tingginya insiden kasus tuberkulosis (TBC), Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Dinkes Babel) telah memastikan pengelolaan logistik yang efektif dan efisien untuk menemukan kasus secara cepat dan dapat diakses dengan mudah oleh pasien TBC.
"Alat diagnosis TBC yang digunakan saat ini adalah mikroskop, tes cepat molekuler (TCM) TBC, serta biakan dan uji kepekaan. Selain itu, diperlukan obat dan alat pendukung lainnya untuk memastikan pasien TBC menyelesaikan pengobatannya sampai sembuh sesuai tata laksana pasien TBC," kata Kepala Dinas Kesehatan Babel, Mulyono Susanto saat membuka Workshop Logistik Tingkat Provinsi Program Penanggulangan Tuberkulosis, di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan, untuk mendukung ketersediaan logistik, baik Obat Anti Tuberkulosis (OAT) maupun non-OAT, diperlukan upaya pengelolaan logistik yang baik. Mulai dari tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi sampai dengan penggunaannya.
"Dengan demikian, logistik yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan jumlah, waktu, maupun lokasinya," ujarnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Muhammad Henri menjelaskan bahwa, perkiraan insiden TBC di Babel pada tahun 2020 berdasarkan hasil study inventori sebesar 5.923 kasus dengan skala 390 per 100.000 penduduk.
"Sementara pada tahun 2020, kasus TBC di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilaporkan di SITB sampai tanggal 17 November 2020 sebanyak 1.309 kasus atau 22,1 persen," ujarnya.
Oleh karena itu, Dinkes Babel berupaya melakukan akselerasi penemuan kasus dengan strategi penemuan secara aktif dan masif, baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun di masyarakat.