Sungailiat (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkomitmen menekan kasus penyakit Tuberkulosis (TB) Paru dengan memperkuat basis kolaborasi lintas sektor.
"Kami berkomitmen dengan basis kolaborasi lintas sektor, penyakit TB mampu ditekan seminimal mungkin," kata Penjabat Sekretaris Daerah Bangka Thony Marza di Sungailiat, Senin.
Ia mengatakan sejumlah sektor yang terlibat dalam pencegahan kasus TB seperti Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia, perguruan tinggi, Kamar dagang dan industri dan masih banyak lembaga yang lain.
"Lembaga pemerintah atau organisasi maupun pihak perguruan tinggi yang terlibat akan melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya seperti, memberikan edukasi dengan masyarakat, pembinaan maupun pendampingan," jelasnya.
Berdasarkan data temuan kasus TB di Kabupaten Bangka mengalami peningkatan dari 522 kasus menjadi 618 kasus dengan angka kematian mencapai 9,3 persen. Deteksi kasus "Case detection rate" juga meningkat tajam dari 3.349 menjadi 7.331 kasus.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Bangka, Nora Sukma Dewi mengakui tanpa kolaborasi yang kuat, penanggulangan TB tidak akan maksimal.
Ia menyebutkan ancaman TB bukan hanya menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga berdampak langsung pada produktivitas, kualitas hidup, hingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
"Jika dibiarkan, kasus ini akan memperburuk angka kesakitan, menurunkan harapan hidup, meningkatkan kemiskinan, bahkan mengancam capaian program pembangunan berkelanjutan (SDGs),” kata Nora.
Ia menambahkan penanggulangan TB harus menjadi program prioritas bersama yang digerakkan oleh kolaborasi lintas sektor dan lintas disiplin.
"Penuntasan TB tidak bisa diserahkan hanya ke sektor kesehatan. Harus ada sinergi antara pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan masyarakat," kata dia.
Langkah kolaborasi diharapkan mampu menekan angka penularan dan kematian akibat TB Paru, serta membangun sistem deteksi dan penanganan yang lebih cepat dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Bangka.
