Jakarta (Antara Babel) - Bank Pembangunan Asia (ADB) bersama dengan sejumlah lembaga internasional lainnya menggelar simposium di Bangkok, 11-13 Maret 2013 untuk memerangi perdagangan hewan liar di Asia.
"Kejahatan ini menghancurkan biodiversitas, mengurangi pemasukan negara, dan menghalangi masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang berkelanjutan, serta melanggar penegakan hukum dan keamanan nasional," kata Wakil Presiden ADB, Bruce Davis, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA News, di Jakarta, Selasa.
Menurut Bruce Davis, kejahatan perdagangan hewan liar juga memunculkan ancaman serius kepada kesehatan karena pengangkutan hewan liar diduga dapat menyebarkan penyakit.
Simposium selama tiga hari itu akan diikuti antara lain oleh aparat hukum senior, jaksa penuntut umum, polisi lingkungan, petugas bea cukai, dan pakar penegakan hukum pemerintah.
Diperkirakan terdapat lebih dari 120 perwakilan yang berasal dari beragam lembaga masyarakat sipil, kelompok pecinta lingkungan, organisasi antarpemerintah, bank pembangunan multilateral (termasuk Bank Pembangunan Afrika dan Bank Dunia), serta lembaga-lembaga di bawah naungan PBB.
Simposium itu menyatakan bahwa perdagangan hewan liar secara ilegal merupakan tantangan bagi Asia antara lain karena hal tersebut adalah bisnis yang sangat menguntungkan.
Selain itu, tindakan melanggar hukum tersebut juga diduga merupakan hasil dari kelompok kejahatan transnasional yang terorganisir dan beroperasi di beragam kawasan.
Kehidupan hewan liar yang diperdagangkan tersebut dapat berasal dari dalam Asia atau juga bisa datang dari benua lainnya dan masuk ke Asia.
Sejumlah produk ilegal seperti gading dan tanduk badak biasa dipindahkan dari Afrika ke Asia, begitu pula halnya dengan hiu yang bersumber dari Amerika Latin.