San Antonio (ANTARA) - Dua warga Meksiko menjadi tersangka dalam kasus kematian sedikitnya 51 migran yang terperangkap di dalam truk trailer tertutup di Texas, Amerika Serikat, kata pihak berwenang, Selasa (28/6).
Para korban -39 pria dan 12 wanita ditemukan tewas pada Senin (27/6) di pinggiran San Antonio, Texas, dalam tragedi penyelundupan manusia paling mematikan itu.
Kedua tersangka yang bernama Juan Francisco D'Luna-Bilbao dan Juan Claudio D'Luna-Mendez pernah didakwa atas kepemilikan senjata api ketika tinggal di AS secara ilegal, menurut dokumen pengadilan dan pihak berwenang.
Para penyidik melacak STNK truk itu ke sebuah alamat di San Antonio yang kemudian mereka awasi. Kedua tersangka ditangkap secara terpisah ketika mereka keluar dari tempat itu.
Tersangka ketiga, seorang warga AS yang mengemudikan truk itu, juga dibawa ke tahanan dan akan diseret ke pengadilan.
Namun, dia masih dirawat di rumah sakit hingga Selasa malam, kata seorang pejabat Meksiko.
Truk trailer tersebut diparkir di pinggiran San Antonio.Di kawasan itu, suhu udara mencapai 39,4 derajat Celcius.
Mayat-mayat ditemukan di dalam kendaraan itu dan berserakan di beberapa blok, setelah pintu belakang trailer dibuka, menurut seorang penegak hukum setempat, Selasa.
Pihak berwenang mengatakan tidak ditemukan persediaan air atau alat pengatur suhu di dalam truk itu.
Para pejabat mengatakan ada "tumpukan mayat" dan tubuh beberapa migran terasa panas saat disentuh.
"Sulit untuk dikatakan," kata Wali Kota San Antonio Ron Nirenberg kepada MSNBC.
Dia menambahkan bahwa masyarakat di wilayahnya bergantung pada migran karena kekurangan pekerja.
"Ini adalah tragedi yang sulit dijelaskan," katanya.
Presiden AS Joe Biden pada Selasa mengatakan insiden itu "mengerikan dan memilukan".
"Mengeksploitasi orang-orang yang rentan demi keuntungan adalah hal yang tercela," kata Biden.
Dia bersumpah akan menindak perusahaan-perusahaan penyelundup bernilai miliaran dolar, yang telah ikut memicu rekor jumlah migran yang menyeberangi perbatasan AS-Meksiko sejak dia menjabat pada Januari 2021.
Sedikitnya 27 warga Meksiko, tiga Guatemala, dan empat Honduras diyakini menjadi korban tewas dalam insiden itu, menurut para pejabat dari ketiga negara tersebut.
Belum ada informasi tentang kewarganegaraan para korban yang lain.
Belasan orang yang selamat, empat di antaranya anak-anak, dilarikan ke rumah-rumah sakit terdekat karena sengatan panas dan kelelahan.
Truk tersebut kemungkinan telah membawa sekitar 100 migran, tetapi angka pastinya masih belum jelas, menurut seorang penegak hukum dan pejabat Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) yang ikut dalam penyidikan.
Tampaknya para migran itu baru saja menyeberangi perbatasan dan dijemput dengan truk tersebut ke tempat mereka akan bekerja, menurut para pejabat AS dan Meksiko yang berbicara secara anonim.
Pihak berwenang diberi tahu soal truk itu lewat panggilan darurat 911 dari seorang pelintas yang dimintai bantuan oleh seorang migran yang melarikan diri dari truk, kata para pejabat.
Menurut mereka, para korban ditemukan dengan tubuh yang dilumuri zat beraroma tajam, modus yang biasa dipakai para penyelundup untuk menutupi bau manusia dan agar terhindar dari endusan anjing pelacak.
Kepala kepolisian San Antonio, William McManus, pada Senin mengatakan seseorang yang bekerja di sebuah gedung setempat mendengar teriakan minta tolong.
Ketika dia keluar untuk memeriksa, dia menemukan pintu trailer sedikit terbuka dan melihat sejumlah mayat di dalamnya.
Para migran yang selamat kemungkinan akan dibebaskan ke AS untuk mendapatkan suaka atau bantuan kemanusiaan lainnya, kata para pejabat.
Sebelumnya, para penyintas dari kasus-kasus penyelundupan manusia ditahan untuk dijadikan saksi.
Jalan tol I-35, yang berada di dekat lokasi penemuan truk, melintasi San Antonio dari perbatasan Meksiko dan menjadi rute populer penyelundupan karena tingginya lalu lintas truk berukuran besar, menurut Jack Staton, mantan petinggi di unit penyelidikan Badan Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai AS.
Pada Juli 2017, 10 migran tewas dalam trailer yang ditemukan oleh polisi San Antonio di tempat parkir Walmart.
Sang sopir kemudian dihukum seumur hidup atas keterlibatannya dalam upaya penyelundupan itu.
"Ini cuma masalah waktu sebelum tragedi seperti ini terjadi lagi," kata Staton.