Kiev (ANTARA) - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pihaknya terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia, tetapi menekankan bahwa hanya negosiasi "tulus" yang akan memulihkan perbatasan Ukraina.
Hanya perundingan tulus yang juga akan memberikan kompensasi bagi Ukraina atas serangan Rusia dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang, ujarnya.
Sikap itu ia nyatakan melalui video, beberapa hari setelah surat kabar Washington Post melaporkan bahwa pemerintah Amerika Serikat menginginkan pemerintah Ukraina memberikan sinyal atas kesediaannya untuk melakukan pembicaraan.
Pemerintah AS juga disebutkan khawatir bahwa, dengan tampil terlalu keras kepala, Kiev dapat membahayakan posisinya sendiri dalam mendapatkan dukungan dari kalangan internasional.
"Siapa pun yang serius tentang agenda iklim juga harus serius tentang perlunya segera menghentikan agresi Rusia, memulihkan integritas teritorial kita, dan memaksa Rusia ke dalam negosiasi damai yang sejati," kata Zelenskyy.
Ia menyampaikan pernyataan tersebut sebelum berpidato di depan para pemimpin dunia pada KTT iklim global pada Selasa.
Ukraina telah berulang kali mengusulkan pembicaraan semacam itu, tetapi "kami selalu menerima tanggapan Rusia yang di luar akal sehat dan disertai dengan serangan teroris baru, penembakan, atau pemerasan," katanya.
Zelenskyy menyebutkan syarat-syarat yang menurut dia sangat mudah dimengerti.
"Sekali lagi --pemulihan integritas teritorial, penghormatan terhadap Piagam PBB, kompensasi untuk semua kerusakan yang disebabkan oleh perang, hukuman bagi setiap penjahat perang, dan jaminan bahwa ini tidak akan terjadi lagi," ujarnya.
Sejak Rusia mengumumkan pencaplokan wilayah Ukraina pada akhir September, Zelenskyy telah memutuskan bahwa Kiev tidak akan pernah bernegosiasi dengan Moskow selama Vladimir Putin masih menjadi presiden Rusia.
Pejabat-pejabat Kiev telah mengulangi sikap Ukraina itu dalam beberapa hari terakhir, sambil mengatakan bahwa Kiev akan bersedia untuk bernegosiasi dengan penerus masa depan Putin.
"Bernegosiasi dengan Putin berarti menyerah, dan kami tidak akan pernah memberinya hadiah ini," kata penasihat Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia La Repubblica yang diterbitkan pada Selasa.
Rusia menuntut Ukraina untuk menyerahkan wilayah sebagai prasyarat untuk mewujudkan pembicaraan, yang membuat diskusi menjadi mustahil untuk saat ini.
Podolyak mengatakan, "Masyarakat tidak akan pernah menerima ini. Dialog baru akan terjadi jika tentara Rusia meninggalkan wilayah Ukraina."
Pada Senin (7/11), juru bicara Kremlin --kantor presiden Rusia-- Dmitry Peskov mengulangi sikap Moskow bahwa pihaknya terbuka untuk pembicaraan tetapi Kiev menolak.
Moskow telah berulang kali mengatakan tidak akan bernegosiasi soal wilayah yang dinyatakannya telah direbut oleh Rusia dari Ukraina.
Menyinggung
Pasukan Ukraina telah melakukan serangan dalam beberapa bulan terakhir, sementara Rusia berkumpul kembali untuk mempertahankan wilayah Ukraina yang masih didudukinya, setelah memanggil ratusan ribu pasukan cadangan.
Rusia telah mengevakuasi warga sipil dari daerah yang diduduki, terutama dari wilayah Kherson, Ukraina Selatan, dalam operasi yang menurut Kiev termasuk deportasi paksa --sebuah kejahatan perang. Moskow mengatakan akan membawa orang-orang ke tempat yang aman.
Pertempuran besar berikutnya diperkirakan akan terjadi di wilayah kecil yang dikuasai Rusia di tepi barat Sungai Dnipro, yang mencakup Kota Kherson, satu-satunya ibu kota regional yang direbut Rusia sejak Moskow melancarkan invasi pada Februari.
Pada Senin, seorang sumber mengonfirmasi laporan bahwa Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan telah mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Rusia terkait pencegahan eskalasi konflik.
Pembicaraan itu pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal. Kremlin menolak untuk memberikan komentar.
Gedung Putih tidak menyangkal bahwa pembicaraan memang terjadi, tetapi mengatakan tidak akan membuat langkah diplomatik tentang Ukraina tanpa keterlibatan Kiev.
"Kami berhak untuk berbicara langsung di tingkat pejabat tinggi tentang masalah yang menjadi perhatian Amerika Serikat. Itu telah terjadi selama beberapa bulan terakhir," kata Karine Jean-Pierre, juru bicara Gedung Putih --kantor presiden AS-- kepada wartawan.
"Percakapan kami hanya berfokus pada ... pengurangan risiko dan hubungan AS-Rusia," ujarnya.
Amerika Serikat mengadakan pemilihan paruh waktu untuk Kongres pada Selasa.
Meskipun sebagian besar kandidat dari kedua partai sangat mendukung Ukraina, beberapa kandidat sayap kanan Partai Republik telah menyatakan keraguan tentang biaya bantuan militer AS.
Dukungan AS untuk Ukraina akan tetap "tak tergoyahkan", terlepas dari hasil pemilihan kongres hari Selasa, kata Jean-Pierre.
Sumber: Reuters