Jakarta (ANTARA) - Ahli Gastrohepatologi Anak Muzal Kadim mengajak orang tua untuk memahami tanda-tanda anak takut untuk buang air besar (BAB) guna mencegah terjadinya konstipasi atau sembelit.
Lihat dari perilaku anak, kalau anak mulai ketakutan dalam buang air besar dia menghindar. Misalnya ngumpet di belakang pintu, di bawah kolong meja atau ketika didekati marah, katanya dalam diskusi daring melalui Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia, Selasa.
Perilaku lainnya adalah menyilangkan kaki sebagai upaya untuk menahan buang air besar sembari membungkukkan badan. Jika anak mulai menunjukkan perilaku menahan untuk buang air besar dan sudah terdapat gumpalan yang terasa di bagian kiri bawah perut, maka orang tua harus segera memberikan pencahar pada anak sebagai langkah pertama evakuasi sembelit.
Muzal menjelaskan konstipasi atau sembelit pada anak disebabkan oleh adanya trauma pada saat buang air besar seperti rasa sakit pada anus saat mengeluarkan feses yang sudah menumpuk atau kesalahan pada saat toilet training seperti terjatuh di toilet, sehingga menyebabkan anak menahan buang air besar.
Akibatnya ketika mules, dia langsung menahan dan ini berulang sehingga reflek atau keinginan buang air besar tadi sudah hilang dan feses makin mengumpul, ujarnya.
Adapun konstipasi dapat berbahaya apabila terdapat kelainan organik bila dengan gejala gangguan pertumbuhan, muntah hijau, kembung yang sangat hebat, kelainan di sekitar anus atau punggung, kelemahan tungkai, hingga demam. Jika tidak diobati maka akan berpotensi mengganggu kemampuan sosioemosional anak, membuat anak lebih cemas dan menurunkan kualitas hidup anak.
Kendati demikian, Muzal meminta orang tua tidak panik jika anak menunjukkan tanda-tanda konstipasi, orang tua tidak boleh panik dan justru malah menghukum anak karena takut buang air besar.
Siapkan hadiah banyak-banyak kalau punya anak yang konstipasi. Setiap kali dia berhasil keluar, beri penghargaan, dipuji dan beri hadiah. Tapi tidak boleh diberikan punishment, tutur dia.
Selain itu orang tua juga bisa memberikan asupan cairan dan serat yang cukup untuk mencegah konstipasi. Termasuk juga memulai toilet training yang disesuaikan dengan kemampuan perkembangan anak dan mengurangi faktor stres pada anak yang lebih besar atau remaja.*