Pangkalpinang (ANTARA) - Pohon sapu-sapu (Baeckea frustescens) yang tumbuh liar di sepanjang pesisir pantai Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ternyata memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan masyarakat setempat pasca-penambangan bijih timah.
Tanaman sapu-sapu merupakan salah satu jenis keanekaragaman hayati yang tumbuh subur di Kepulauan Babel. Kepulauan ini juga dikenal sebagai provinsi penghasil bijih timah nomor dua dunia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat cadangan timah Indonesia mencapai 2,23 juta ton logam, dan yang terbesar di Bangka Belitung.
Sementara itu, tanaman sapu-sapu di Bangka Belitung selama ini hanya dimanfaatkan masyarakat untuk sapu dan tanaman bonsai. Padahal, jika disuling menjadi minyak atsiri memiliki harga tinggi karena tidak hanya untuk parfum tetapi banyak kegunaan dan manfaatnya.
Melihat potensi tanaman sapu-sapu ini, Mining Industry Indonesia (MIND ID) yang merupakan sebuah BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), PT Timah Tbk dan PT Vale Indonesia, berkolaborasi dengan Pemda Provinsi Kepulauan Bangk Belitung dan akademisi, akan mengembangkan industri minyak atsiri.
Untuk mendorong percepatan pengembangan industri minyak atsiri, MIND ID telah menyerahkan satu paket bantuan komplet terdiri atas mesin penyulingan (distilasi) berkapasitas 1 ton, pembangunan instalasi, pembangunan tempat mesin penyulingan, gudang penyimpanan, motor gerobak, modal kerja, hingga pelatihan bagi masyarakat.
"Sudah saatnya masyarakat Babel tidak hanya mengandalkan timah," kata Komisaris Utama MIND ID Grup Doni Munardo.
Ia mengatakan program pengembangan minyak atsiri ini merupakan langkah MIND ID Grup untuk mendorong ekonomi baru bagi masyarakat Bangka Belitung dengan memanfaatkan potensi alam yang dimiliki.
Apalagi, potensi pohon sapu-sapu yang ada di Bangka Belitung tidak dimiliki daerah lain sangat besar, sehingga pihaknya mendorong direksi MIND ID bersama anak usahanya untuk melakukan kolaborasi kepada Pemerintah Daerah. Minyak atsiri juga diketahui menjadi salah satu komoditas perdagangan dunia yang memiliki pangsa pasar cukup luas.
Masyarakat di sekitar tambang timah diharapkan dapat memiliki nilai tambah dari pengembangan pohon sapu-sapu menjadi minyak atsiri, sehingga nantinya pascatambang masyarakat bisa tetap sejahtera.
Saat ini, MIND ID tengah merancang sebuah program yang berkelanjutan sebagai program pasca tambang salah satunya reklamasi dengan tanaman tertentu, yakni pohon sapu sapu di lahan penambangan bijih timah ini.
Gagasan atsiri sapu-sapu, paralel dengan tiga program strategis, yakni lingkungan hidup, peningkatan SDM, dan mitra binaan naik kelas. Program yang digulirkan Provinsi Babel mencakup ketiga-tiganya. Ke depan diharapkan atsiri sapu-sapu yang merupakan kearifan lokal bisa menjadi kearifan nasional, dan bermuara menjadi kearifan global.
Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan, mengatakan program pengembangan atsiri akan membentuk ekosistem baru dalam pendekatan ekonomi sirkular yang dijalankan MIND ID Grup sebagaimana diatur dalam Permen BUMN Nomor 5 Tahun 2021 yakni lingkungan hidup, peningkatan kualitas SDM dan mitra binaan naik kelas.
Dalam konsep ekonomi sirkular industri pertambangan semua aset tambang, hasil tambang dan pasca tambang harus bisa termonetasi, terkapitalisi dan terutilisasi dengan baik sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Program pengembangan minyak astiri ini juga sejalan dengan suistan pathway MIND ID dimana tidak hanya korporasi yang sustainable tapi juga masyarakat yang berkelanjutan dalam mendukung produktivitas masyarakat agar bisa memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah daerah.
"Kita dukung untuk membuat dashboar bagi mitra binaan MIND ID Grup secara terkonsolidasi yang berisikan produk unggulan lokal, supaya dari kearifan lokal, menjadi kearifan nasional lalu menjadi kearifan global," katanya.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin, mengapresiasi langkah MIND ID Grup yang telah mendukung transformasi ekonomi di Bangka Belitung dengan mengembangkan potensi pohon sapu-sapu untuk menjadi minyak atsiri.
"Kami akan mengembangkan tanaman sapu-sapu ini untuk mengatasi lahan kritis di Babel menjadi lahan produktif, sehingga bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat," ujarnya.
Ketua Dewan Atsiri Indonesia, Irdika Mansur, mengatakan program reklamasi perusahaan tidak harus selalu hijau tapi juga harus memberikan dampak ekonomi secara langsung bagi masyarakat.
Kandungan minyak atsiri lebih dari sekadar bahan baku parfum, dan kegunaannya mencakup hampir seluruh aktivitas manusia, mulai dari bangun tidur, beraktivitas hingga tidur kembali. "Pakai sabun, pasta gigi, deodoran dengan rasa mint ada kandungan minyak atsirinya. Itu kita gunakan sehari-hari," ujar Irdika.
Daerah tropis seperti Indonesia cocok untuk budi daya bahan baku minyak atsiri. Selain pohon sapu-sapu, juga ada sereh wangi, lada, cengkeh dan lainnya yang bisa digunakan sebagai bahan baku.
Tercatat saat ini sebanyak 172 tanaman yang bisa diekstrak menjadi minyak atsiri. Dengan adanya pohon sapu-sapu, maka jumlahnya bertambah menjadi 173 tanaman.
"Nilai ekspor minyak atsiri sebagai minyak esensial oil mencapai Rp 10 triliun per tahun. Indonesia itu tiga besar dunia. Kadang nomor satu atau nomor dua antara India dan China. Jadi perlu dikelola potensi yang kita miliki ini," ujar Irdika yang juga dosen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Kenalkan atsiri sapu-sapu
PT Timah Tbk sebagai anggota holding pertambangan Indonesia MIND ID dalam sebuah acara sharing session mengenalkan potensi usaha minyak atsiri bagi para pelaku UMKM di Kota Pangkalpinang sebagai sumber ekonomi baru yang bisa dikembangkan.
Bangka Belitung merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak rempah-rempah yang bisa dikembangkan untuk bahan baku minyak atsiri seperti cengkeh, lada, dan sapu-sapu.
Untuk itu, Emiten Berkode TINS ini menghadirkan Founder dan CEO PT Syailendra Bumi Investama, Eliest Listiani, yang bergerak dalam holding company bagi para petani dan penyulingan minyak atsiri di Indonesia.
Melalui forum tersebut diharapkan akan memberikan wawasan dan pengetahuan bagi para mitra binaan yang ingin menggeluti usaha minyak atsiri dengan memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki.
Founder dan CEO PT Syailendra Bumi Investama, Eliest Listiani, menjelaskan, peluang usaha minyak atsiri sangat besar. Apalagi Bangka Belitung memiliki potensi rempah-rempah dan tumbuhan dengan kualitas yang baik.
Minyak atsiri itu merupakan minyak yang gampang menguap atau banyak terpen dan mengandung aroma yang diperoleh dengan metode destilasi atau penyulingan. Minyak atsiri ini juga bisa didapatkan dari semua bagian tumbuhan seperti akar, kulit, ranting, daun, dan buah tergantung dari jenis pohonnya.
Tanaman di Indonesia memiliki banyak potensi untuk dapat dijadikan minyak atsiri. Karena kebanyakan tanaman di Indonesia mengandung unsur-unsur dan memiliki aroma, sehingga tanaman yang memiliki kandungan tersebut dapat disuling dan menghasilkan minyak atsiri.
Saat ini, peluang usaha minyak atsiri cukup besar karena digunakan untuk beberapa industri seperti farmasi, kosmetik, skin care dan pestisida.
Konsumen minyak atsiri tidak hanya pasar domestik namun juga pasar ekspor ke Korea dan beberapa negara lainnya. Selain itu, potensi yang bisa dikembangkan untuk minyak atsiri juga banyak, sayangnya saat ini penggiat minyak atsiri belum banyak.
Oleh karena itu, bisnis ini cukup menjanjikan dan bisa menjadi sumber ekonomi baru. Namun, usaha ini harus dilakukan dengan tekun dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti petani, pemerintah, perusahaan dan pabrik yang menggunakan minyak atsiri sebagai bahan baku produk mereka.
Minyak atsiri memiliki banyak produk turunan yang bisa meningkatkan nilai jualnya, seperti dijadikan parfum, aroma terapi dan lainnya.
Salah satu mitra binaan PT Timah Tbk yang mengikuti sharing session ini, Kasmir, mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat dan mengedukasi untuk menambah wawasan mengenai minyak atsiri. Selain itu juga bisa meningkatkan pendapatan bagi para UMKM.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat, kami mendapatkan hal yang baru yang bisa dikembangkan. Ternyata kulit jeruk yang selama kami buang, bisa diolah kembali menjadi minyak atsiri dan punya nilai jual," katanya.
Senada dengan Kasmir, mitra binaan PT Timah Tbk yang memiliki usaha Arum Wedah Serai, Rahel mengatakan, dirinya sudah mengenal minyak atsiri, namun belum tahu jika minyak tersebut bisa dikembangkan untuk menjadi berbagai produk.
"Saya jadi tertarik untuk mencoba hal ini, karena awalnya kami hanya membuat minyak serai saja, ternyata ada lainnya yang juga bisa kami kembangkan," ujarnya.
Provinsi Bangka Belitung yang selama ini dikenal sebagai provinsi penghasil timah, berharap dapat menjadi daerah pengembangan industri minyak atsiri dunia. Industri minyak atsiri itu diharapkan nantinya dapat menjadi penopang perekonomian masyarakat setempat pascatambang timah.