Jakarta (ANTARA) - Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgiena Vorobieva mengungkapkan Ukraina menarik diri dari perundingan damai tahun lalu karena pengaruh Barat.
“Kami berada di ambang menandatangani perjanjian. Kami mendiskusikannya dengan delegasi Ukraina di Turki. Kemudian Boris Johnson datang ke Kiev dan setelah itu Zelenskiyy segera menarik diri dari perundingan,” kata Vorobieva saat arahan pers di Jakarta, Rabu.
Menurut Vorobieva, Rusia beranggapan Barat tidak berkeinginan menghentikan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pada 2014, berdasarkan perjanjian Minsk menyebutkan warga Luhansk dan Donestk di Ukraina timur yang biasa disebut Donbas sepakat berintegrasi kembali dengan Ukraina dengan syarat khusus mendapatkan status otonomi khusus dari pemerintah Ukraina.
“Perjanjian ini juga didukung oleh Dewan Keamanan PBB. Tetapi, selama delapan tahun, kami melihat tidak ada keinginan dari Kiev dan Barat untuk memenuhi perjanjian Minsk,” kata Vorobieva.
Vorobieva mengatakan, alih-alih berusaha beradaptasi dengan perjanjian Minsk, Ukraina melakukan serangan militer ke Luhansk dan Donetsk.
“Sekitar 40.000 orang tewas, sekolah dan rumah sakit rusak. Anak-anak, orang tua dan perempuan tewas,” tambah Vorobieva.
Dubes Rusia itu menyatakan bahwa Rusia mengambil tindakan balasan untuk melindungi keamanan dan warga Luhansk dan Donetsk.
“Ini pada dasarnya tindakan melindungi diri,” kata Vorobieva.