Jakarta (ANTARA) - Guru Besar di bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor, Ali Khomsan memberikan cara menyiasati pemenuham nutrisi anak bagi orang tua yang belum mampu membeli susu.
Kiat ini dibeberkanya akibat sedang marak penyakit obesitas pada bayi dan anak akibat rutin diberi kental manis, atau dikenal dengan sebutan susu kental manis (SKM).
“Kandungan susu pada kental manis sangat minim, 60 persen di antaranya karbohidrat yang terbentuk dari gula dan 30 persen sisanya adalah lemak,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (24/2).
Sedangkan bayi dan anak membutuhkan beragam nutrisi mulai kalsium hingga protein tinggi untuk tumbuh kembang.
Harga susu formula yang tinggi, kerap mendesak para orang tua untuk menggantinya dengan kental manis yang jauh terjangkau.
Namun hal ini, menurut Prof. Ali berbahaya bagi bayi dan anak karena dapat menyebabkan obesitas yang mampu menimbulkan ragam penyakit mematikan seperti jatung, hingga diabetes melitus.
Ali mengatakan, salah satu upaya memenuhi gizi anak bila tidak tersedia susu, dapat disiasati dengan protein hewani lain seperti dari telur.
“Telur itu proteinnya sangat tinggi, dan harganya cukup terjangkau, daging ikan juga tinggi protein,” imbuhnya.
Selain itu sumber nabati seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan juga bisa menjadi salah satu alternatif.
Bayam juga memiliki kandungan kalsium dan zat besi yang baik, sementara buah pisang dapat membantu penyerapan zat besi dan kalsium tersebut.
Anak memerlukan protein dan kalsium dalam jumlah seimbang untuk mendukung daya tahan tubuh, agar tidak mudah terserang penyakit. Senyawa ini pun berperan penting untuk menunjang pertumbuhan tulang.
Meski begitu, Ali menyampaikan bahwa sesunggunya hingga saat ini belum ada yang mampu menggantikan nutrisi dari susu, utamanya kalsium.
“Karena nutrisi pada susu itu memang tinggi sekali, namun kita bisa memberikan makanan lainnya,” jelas Ali.
Untuk itu, Ali tidak lupa mengingatkan pemerintah untuk terus menggencarkan bantuan sosial terkait pemenuhan gizi anak, utamanya pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
“Karena posyandu adalah garda paling dekat dengan masyarakat hingga ke desa-desa,” kata Ali menambahkan.