Berlin (ANTARA) - Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan bahwa belum ada bukti soal China berencana mengirim senjata mematikan ke Rusia untuk membantu perang Rusia di Ukraina.
"Kami semua setuju bahwa tidak boleh ada pengiriman senjata dan pemerintah China juga telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengirimkan apa pun," kata Scholz.
"Itulah yang kami tuntut dan itulah yang kami amati," ujarnya, dalam konferensi pers dengan von der Leyen di Kota Meseberg, Jerman timur, Minggu (5/3).
Pernyataan Scholz didukung oleh von der Leyen yang mengatakan bahwa, meskipun sejauh ini belum ada bukti tentang pengiriman senjata dari China, isu ini tetap harus diawasi.
Pada Februari, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan China sedang mempertimbangkan untuk menyediakan senjata ke Rusia.
Dia memperingatkan Beijing bahwa setiap pasokan senjata akan menyebabkan masalah serius.
Ketika menanggapi tudingan tersebut, Kementerian Luar Negeri China mendesak AS untuk berhenti membelokkan kesalahan dan menyebarkan disinformasi.
“Kami mendesak pihak AS untuk secara serius merenungkan peran yang telah dimainkannya, melakukan sesuatu untuk benar-benar membantu meredakan situasi, dan mendorong pembicaraan perdamaian,” kata Juru Bicara Kemlu China Wang Wenbin.
“AS, bukan China, yang telah menyuplai senjata ke medan perang. AS tidak dalam posisi untuk memberi tahu China apa yang harus dilakukan," ujar Wang.
"Kami tidak akan pernah mendukung tudingan, atau bahkan paksaan dan tekanan dari AS terhadap hubungan kami dengan Rusia," tutur dia, menambahkan.
Sementara itu dalam proposal perdamaian berisi 12 poin, China menyerukan penghentian permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, dan penghentian sanksi Barat terhadap Rusia.
Sumber: Anadolu