Jakarta (Antara Babel) - Pengunjung memenuhi area Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk melihat fenomena alam gerhana matahari parsial di Balai Planetarium dan Observatorium DKI Jakarta, Rabu pagi.
Sejak pukul 05.00 WIB, warga berbondong-bondong mendatangi TIM dan mulai mengantre untuk dapat menyaksikan fenomena alam yang langka terjadi tersebut melalui teropong yang disediakan oleh pengurus Planetarium dan Observatium DKI Jakarta.
Selain melalui enam teropong yang disediakan pengelola Balai, warga juga dapat menyaksikan tahapan gerhana matahari melalui sejumlah layar televisi di area Planetarium.
Fenomena alam dimana pergerakan bulan dan bumi bertemu bersamaan dengan posisi matahari kali ini melintasi sejumlah wilayah di Tanah Air.
Di Jakarta, fase gerhana matahari dapat disaksikan secara parsial pada pukul 07.21 WIB. Sementara itu, fase gerhana matahari total dapat dilihat di Pagai Utara (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Palu (Sulawesi Tengah), Ternate (Maluku Utara) dan Maba (Maluku Utara).
Gerhana matahari dapat terjadi hingga lima kali dalam satu tahun. Namun, untuk dapat kembali disaksikan di tempat yang sama, fase gerhana matahari total dapat disaksikan setiap 350 tahun sekali.
Hal itu yang menyebabkan antusiasme masyarakat di sejumlah daerah untuk dapat merasakan fenomena alam tersebut.
Para ilmuwan, baik dari dalam maupun luar negeri, juga ingin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meneliti perilaku hewan pada saat gerhana matahari total di Indonesia.
Selain menjadi obyek penelitian, sejumlah daerah yang dilalui gerhana matahari total juga menjadi objek wisata.