Jakarta (ANTARA) - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama menyatakan bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia harus terus dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Secara umum sebenarnya pelayanan kesehatan (Indonesia) terus membaik dari waktu ke waktu, hanya saja tentu perlu terus ditingkatkan sesuai perkembangan ilmu, kata Tjandra kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Menanggapi banyak masyarakat memilih berobat ke luar negeri, Tjandra mengakui pemikiran terkait pengobatan di luar negeri yang lebih baik daripada Indonesia sudah ada sejak dulu. Khusus untuk pengobatan semakin diperkuat dengan adanya berita-berita yang menonjolkan kelebihan rumah sakit di luar negeri.
"Sayangnya berita itu dengan cepat beredar tanpa masyarakat mengetahui kebenarannya. Misalnya terkait salah satu figur publik yang membahas mengenai dokter di Singapura yang menertawakan soal stroke kuping," ujarnya.
Mereka (di berita) menyebut istilah stroke kuping itu tidak ada di dunia medis, sementara di pihak lain bila di cari di internet saja akan ada penjelasan terkait ear stroke is also known as sudden sensorineural hearing loss, ujarnya.
Dengan kejadian itu, Tjandra menilai jika pemerintah perlu meningkatkan edukasi sambil mengungkapkan keberhasilan yang terjadi dalam pelayanan rumah sakit seperti berapa banyak yang berobat dan kemudian sembuh dengan baik agar berita yang beredar bisa lebih seimbang.
Dalam berbagai arena ilmiah kedokteran tidak sedikit dokter dan pakar kesehatan yang cukup menonjol dan mendapat apresiasi dihormati. Selama ini peran penting dokter dan pakar dari Indonesia juga sudah berpartisipasi di berbagai organisasi internasional kesehatan dan kedokteran regional dan dunia.
Kemudian dari sisi pengobatan memang ada negara tetangga yang memberikan harga lebih murah seperti India. Meski tak memiliki data terkait perbandingan harga, Tjandra mengaku harga alat kedokteran memang lebih mahal di Indonesia daripada di sebagian negara tetangga.
Pengalaman pribadi misalnya, teman-teman dokter yang datang atau belajar ke India waktu saya bekerja di WHO dan berdomisili di New Delhi banyak yang pulang membawa berbagai alat kesehatan yang memang lebih murah harganya. Kalau di India obat-obatan jauh lebih murah dari kita, sehingga saya pun sampai sekarang memakan obat rutin yang saya beli dari India, katanya.
Selanjutnya terkait cepatnya pemberian layanan, Tjandra mengatakan negara lain memang lebih cepat mengambil tindakan begitu hasil pemeriksaan keluar. Sehingga Indonesia memerlukan manajemen pengaturan yang lebih baik, termasuk koordinasi antar tenaga dan unit kerja di institusi pelayanan kesehatan yang disertai keramahan pelayanan serta penerapan prinsip dasar hospitality yang baik.
Terakhir, ia menyarankan pemerintah segera menganalisis masalah baik dalam hal tenaga kesehatan atau obat-obatan. Meski tiap pihak mempunyai tanggapannya sendiri, namun harga obat dan alat kesehatan harus lebih murah dari sekarang.
Perlu ada keberpihakan kebijakan pemerintah untuk semua insan kesehatan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik tetapi juga dapat menjalani kehidupannya dengan baik," ujar Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.
Saling salah menyalahkan dan atau membela diri tidak akan menyelesaikan masalah. Untuk hal kelima yang mendasar ini maka ada tiga kunci utamanya, yaitu leadership, governance dan accountability, ujarnya.
Berita Terkait
Pakar sebut istilah 'pencabutan pandemi' tidak tepat
21 Juni 2023 21:25
Vaksin Bivalen terobosan terbaru untuk mengendalikan COVID-19
31 Agustus 2022 09:44
Subvarian baru Centaurus ditemukan di India
11 Juli 2022 20:10
Pakar sebut belum ada laporan NeoCoV menular pada manusia
30 Januari 2022 19:53
Pakar kemukakan tiga pendekatan untuk nilai efektivitas PPKM Darurat
19 Juli 2021 11:47
Varian Delta menular saat berpapasan perlu pembuktian ilmiah
24 Juni 2021 08:32
Pandemi COVID-19 berpeluang menambah populasi yatim piatu di Indonesia
21 Juni 2021 13:02