Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran Bidang Ilmu Kesehatan Anak, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, FAAP, FRCPI membeberkan beberapa ciri yang bisa mengindikasikan anak terkena diabetes.
Masih banyak orang tua belum sadar bahwa diabetes juga dapat menyerang anak-anak, mereka pikir ini hanya penyakit keturunan, padahal diabetes bisa menyerang siapapun, kata Aman, pada konferensi pers Cegah Diabetes Prematur pada Anak dan Remaja di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/3).
Ada beberapa ciri yang dapat mengindikasikan anak terkena diabetes, Aman, yang juga merupakan Dokter Spesialis Anak itu menyebut ketika anak banyak makan dan minum bisa menjadi indikator.
Anak dengan diabetes akan merasa lapar dan haus terus-menerus meski baru selesai makan dan minum. Rasa lapar ini didorong oleh jumlah insulin yang tidak memadai sehingga gula tidak dapat diolah menjadi energi.
Rasa haus yang dialami bukan sekadar sensasi, melainkan disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin sehingga tubuh dehidrasi.
Tanda diabetes itu banyak makan, banyak minum, banyak buang air kecil, berat badan turun, dan lemas atau loyo, kata dia.
Rasa haus terus-menerus menyebabkan anak selalu minum, namun tidak diimbangi dengan kemampuan tubuh untuk menyerap cairan dengan baik.
Aman mengatakan, anak dengan diabetes akan lebih sering buang air kecil dari pada frekuensi normal, terutama di malam hari.
Bila sebelumnya anak sudah tidak ngompol kemudian ngompol lagi, hal yang pertama bisa kita pikirkan ini adalah diabetes, usia anak berapapun bisa 'ngompol' karena ini, tambahnya.
Sementara penurunan berat badan yang drastis dalam 2-6 minggu juga bisa jadi indikasi anak dengan diabetes.
Meski sering makan, tubuh anak tidak bertambah gemuk, melainkan cenderung kehilangan berat badan dalam jumlah yang cukup signifikan.
Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam menyerap gula darah dalam tubuh sehingga menyebabkan jaringan otot dan lemak menyusut.
Selain itu, sejumlah lokasi pada tubuh anak diabetes akan mengalami akantosis nigrikans, atau terlihat menghitam, seperti pada leher, ketiak, hingga jari-jari, ujar Aman.
Diketahui prevalensi kasus diabetes melitus tipe-1 pada anak meningkat sebanyak 70 kali lipat sejak tahun 2010 hingga 2023.
Pada tahun 2010 prevalensi kasus diabetes melitus terhadap anak di Indonesia hanya 0,028 per 100 ribu jiwa. Kemudian, pada tahun 2023 prevalensi kasus diabetes melitus menjadi 2 per 100 ribu jiwa.
Berita Terkait
10 cara mengendalikan konsumsi gula
9 Desember 2024 12:28
Studi tunjukkan konsumsi cokelat hitam dapat kurangi risiko diabetes
8 Desember 2024 17:59
28.559 warga Babel menderita diabetes melitus
29 November 2024 17:35
Pengobatan diabetes juga harus berfokus pada komplikasi
22 November 2024 14:36
Obat penurun berat badan bisa bantu kurangi risiko serangan jantung
13 November 2024 14:01
Pakar tepis mitos seputar penyakit diabetes, apa saja?
7 November 2024 09:55
Kena diabetes sebelum usia 40 tahun bisa tingkatkan risiko kematian
27 Oktober 2024 11:12
Diabetes jika tidak tertangani dengan baik beresiko ganggu penglihatan
11 Oktober 2024 09:07