Semarang (ANTARA) - Analis digital forensik perbankan Solichul Huda menyarankan pembaruan media penyimpanan data milik Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai upaya mengantisipasi terulangnya gangguan layanan bank tersebut pada beberapa hari terakhir.
"Analisis saya, gangguan layanan di BSI akibat kerusakan fisik media penyimpanan. Kalau yang rusak aplikasi, maksimal dua jam perbaikan sudah selesai," kata ahli digital forensik perbankan dari Universitas Dian Nuswantoro Semarang itu di Semarang, Jumat.
Ia justru menilai kecil kemungkinan "runsomeware" bisa masuk ke jaringan dan mengunci database di BSI.
"Terdapat perbedaan teknik kode data. Sejauh yang saya tahu, belum ada peretas yang menggunakan kode data yang dipakai oleh bank," tambahnya.
Menurut dia, jika gangguan yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan media penyimpanan data maka harus dilakukan penggantian.
Ia menjelaskan perbaikan dan penggantian media penyimpanan data akan membutuhkan waktu.
"Kalau tidak dilakukan penggantian, kemungkinan akan terjadi lagi gangguan serupa," tegasnya.
Sebelumnya layanan perbankan di BSI mengalami gangguan sejak 8 Mei 2023.
Sejumlah layanan yang terdampak antara lain layanan di kantor cabang, BSI Mobile, hingga ATM BSI di seluruh Indonesia.
Layanan perbankan bank syariah terbesar di Indonesia itu sendiri mulai pulih sejak Kamis (11/5).
Berita Terkait
Harga saham BSI tembus Rp2.010
18 Januari 2024 22:21
BRI dan BNI akan keluar dari BSI
15 Februari 2023 15:32
BSI siapkan Rp15,57 triliun penuhi kebutuhan libur akhir tahun
23 Desember 2022 10:03
BSI dan UBB memperkuat inklusi dan literasi syariah di kampus
15 November 2022 15:41
Dirkeu BNI: tak ada rencana penggabungan BNI dengan BTN
13 September 2022 21:08
BSI luncurkan pembayaran pajak kendaraan daring
18 Maret 2022 11:14
BPJS Kesehatan dan BSI kolaborasi dorong mutu FKTP
26 November 2021 10:43