Jakarta (ANTARA) -
Dari data yang diterima di Jakarta, Sabtu, pasien sembuh paling banyak di DKI Jakarta sebanyak 53 orang, kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta 20 orang dan Sumatera Selatan 17 orang.
Total kesembuhan COVID-19 yang tercatat sejak Maret 2020, yakni 6.639.292 orang.
Sementara untuk penerima vaksinasi COVID-19 penguat pertama atau dosis ketiga hingga Sabtu pukul 12.00 WIB mencapai 68.966.658 jiwa, sedangkan untuk vaksinasi penguat kedua atau dosis keempat mencapai 3.267.231 jiwa.
Satgas COVID-19 juga melaporkan penerima vaksin dosis kedua berjumlah 174.912.174 jiwa, dan penerima vaksin dosis pertama mencapai 203.856.423 jiwa. Angka ini belum bertambah dari sebelumnya, Jumat (16/6). Jumlah ini semakin mendekati total warga yang menjadi sasaran vaksinasi COVID-19 sebanyak 234.666.020 jiwa.
Kemudian, untuk kasus terkonfirmasi positif bertambah sebanyak 114 orang, sehingga total sejak Maret 2020 mencapai 6.811.057 orang.
Satgas COVID-19 melaporkan ada satu kasus meninggal tambahan pada hari ini, sehingga total sejak Maret 2020 ada 161.840 korban meninggal.
Sementara, jumlah kasus aktif mencakup penderita COVID-19 yang masih menjalani perawatan maupun isolasi mandiri pada hari ini sebanyak 9.925, turun 23 kasus dibandingkan hari sebelumnya.
Selain itu, juga terdapat 766 orang yang masuk dalam kategori suspek, setelah dilakukan pengujian pada 10.881 spesimen hari ini.
Sebelumnya, Satgas COVID-19 telah menerbitkan aturan protokol kesehatan pada masa transisi endemi COVID-19 seiring terkendalinya penyebaran kasus.
Penyesuaian itu tercantum dalam Surat Edaran Satgas COVID-19 Nomor 1 Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan pada Masa Transisi Endemi COVID-19.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyatakan status kedaruratan kesehatan masyarakat yang segera dicabut oleh pemerintah menandai bahwa COVID-19 di Indonesia sudah terkendali, meskipun penyakitnya belum hilang.
"Sekarang, pandemi di Indonesia sudah turun. Dari kaca mata definisi epidemiologi sudah turun menjadi endemi," kata Siti di Jakarta.
Meskipun demikian, epidemiolog Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat, Defriman Djafri mengatakan perubahan perilaku masyarakat tetap menjadi fondasi untuk menghadapi endemi jenis apa pun pada masa depan.
"Pemerintah harus memastikan perubahan perilaku masyarakat sudah benar-benar terbentuk atau belum, yang menjadi fondasi untuk menghadapi the next virus atau the next pandemi," kata Defri.
Ia menjelaskan perubahan perilaku yang dimaksud adalah masyarakat secara sadar terbangun tanggung jawab untuk menjaga kesehatan diri dan orang lain, tanpa perlu ada intervensi kebijakan pembatasan.