Jakarta (ANTARA) - Gelombang baru COVID-19 varian Pirola menjadi sorotan karena membuat kasus COVID-19 meningkat di Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok.
Varian yang disebut juga BA.2.86 itu merupakan varian Virus Corona jenis Omicron yang bermutasi dengan sangat cepat.
Sebuah unggahan di platform X menarasikan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan bahwa varian baru COVID-19 tersebut lebih menular terhadap orang yang sudah divaksinasi.
Berikut terjemahan narasi dalam unggahan tersebut:
“CDC mengatakan varian baru COVID lebih menular di antara orang-orang yang divaksinasi dibandingkan mereka yang tidak divaksinasi.”
Namun, benarkah CDC sebut varian baru COVID-19 lebih menular pada orang yang sudah divaksin?
Penjelasan:
Berdasarkan penelusuran, CDC tidak menyatakan varian COVID-19 terbaru lebih mudah menular pada orang yang sudah divaksinasi, melainkan varian COVID-19 terbaru itu mungkin lebih mampu menyebabkan infeksi pada orang yang sebelumnya pernah menderita COVID-19, dilansir dari Politifact.com.
Pada 23 Agustus lalu, CDC menerbitkan ringkasan penilaian risiko untuk varian baru COVID-19, BA.2.86. Dalam ringkasan tersebut, CDC menjelaskan variasi virus dapat mengubah seberapa menularnya virus tersebut, seberapa baik virus tersebut merespons pengobatan, dan dampak virus tersebut terhadap manusia.
Namun, CDC tidak mengatakan orang yang divaksinasi lebih mungkin tertular dibandingkan orang yang tidak divaksinasi. CDC hanya menekankan sampai saat ini vaksinasi tetap menjadi strategi teraman untuk menghindari rawat inap, dampak kesehatan jangka panjang, dan kematian.
Klaim: CDC sebut varian baru COVID-19 lebih menular pada orang yang telah divaksinasi
Rating: Hoaks