Jakarta (Antara Babel) - "Alhamdulillah, tugas besar selesai. Ladang amal & perjuangan makin lebar. Jangan pernah lelah mencintai Indonesia yang hebat ini. Thx semua".
Demikian cuitan akun Twitter @sudirmansaid milik Menteri ESDM Sudirman Said, Selasa (26/7) menjelang tengah malam usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Orang berspekulasi bahwa cuitan itu sebagai tanda Sudirman bakal meninggalkan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sudirman yang dilantik sebagai Menteri ESDM pada Oktober 2014 menjabat posisi tersebut hampir selama dua tahun.
Pada Selasa (26/7) siang, Sudirman masih melakukan rapat kerja dengan mitranya Komisi VII DPR.
Sementara, empat hari sebelumnya atau pada Sabtu (23/7), Sudirman mengunggah dua cuitan pada akun yang sama.
"Mafia, gendruwo mirip kutu busuk. Tak suka lingkungan terbuka dan terang benderang. Mereka menikmati ruang gelap, sempit, & tatanan yang rusak".
Dan, dilanjut "Mengusir mafia, gendruwo & kutu busuk caranya sama: bangun lingkungan kerja terbuka dan sistem yang transparan. Manajemen modern adalah kunci".
Dua cuitan tersebut menyiratkan kegelisahan Sudirman yang selama dua tahun menjabat Menteri ESDM berusaha menata kelola sektornya menjadi lebih baik.
Entah terkait atau tidak, Sudirman bersama menteri lainnya masuk dalam gerbong perombakan kedua Kabinet Kerja.
Seorang profesional yang cukup lama berkecimpung di AS, Archandra Tahar dipilih Presiden Joko Widodo menggantikan Sudirman.
Pada Rabu siang, Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Jusuf Kalla mengumumkan perombakan kedua Kabinet Kerja di teras belakang Istana Merdeka Jakarta.
"Saya selau ingin maksimal bekerja lebih cepat, efektif, tim solid sehingga hasilnya nyata dalam waktu secepatnya. Berdasarkan itu, saya dan Wapres melakukan perombakan kabinet kedua," kata Presiden saat mengumumkan perombakan.
Tidak berselang lama, Presiden pun melantik para menteri barunya dan dilanjutkan melakukan sidang paripurna.
Sebanyak tujuh menteri dicopot dan empat lainnya berganti posisi dalam perombakan kabinet tahap kedua.
Selain Sudirman menteri lainnya yang dicopot adalah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang digantikan Budi Karya Sumadi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan diganti Muhajir dan Menteri Perindustrian Saleh Husin digantikan Airlangga Hartarto.
Selanjutnya, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Desa, dan Transmigrasi Marwan Jafar dicopot dan digantikan Eko Putro Sanjoyo, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi digantikan Asman Abnur, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursidan Baldan yang digantikan Sofyan Djalil.
Sementara, menteri yang berganti posisi adalah Luhut Binsar Pandjaitan dari Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan menjadi Menteri Koordinator Maritim. Sedangkan jabatan Menkopolhukam diisi Wiranto.
Lalu, Menkeu Bambang Brojonegoro bergeser menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menggantikan Sofyan Djalil. Sri Mulyani Indrawati selanjutnya ditunjuk Presiden menjabat Menkeu.
Sedangkan, Menteri Perdagangan Thomas Lembong ditempatkan di posisi baru sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menggantikan Franky Sibarani. Posisi Mendag dijabat Enggartiasto Lukita.
Kemudian, Menteri PPN/Bappenas Sofyan Djalil yang menempati posisi baru sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional menggantikan Ferry Mursidan Baldan.
Capaian Positif
Pengamat energi dari ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai cukup banyak capaian positif yang ditorehkan Sudirman.
Paling dominan, lanjutnya, adalah pemberantasan atau mencegah pihak atau kelompok yang berniat berlaku korup atau dikenal sebagai mafia pada sektor ESDM.
Menurut dia, Sudirman merupakan individu yang meletakkan pondasi dalam upaya pemberantasan mafia tersebut.
"Meski belum selesai saya kira awalannya sudah sangat baik," katanya.
Hal positif lain, tambahnya, adalah dalam pengembangan infrastruktur hilir energi baik migas maupun listrik.
Sedangkan, sisi negatif Sudirman selama menjabat Menteri ESDM, menurut Komaidi, bisa dibilang cukup minor dan wajar seperti sejumlah proyek yang mundur dari target.
Ia mencontoh program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas daya 35.000 MW yang belum sesuai target, karena terkendala lintas sektor.
Sementara, Dosen Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto mengatakan, terobosan penting Sudirman antara lain pengalokasian dana ketahanan energi melalui APBN senilai Rp1,6 triliun.
"Itu merupakan terobosan dan langkah maju yang positif," katanya.
Sebagian alokasi anggaran Rp1,6 triliun itu akan digunakan mengimpor 1,6 juta barel minyak mentah yang akan ditempatkan sebagai stok dalam kondisi darurat.
Serta, sisa alokasi akan digunakan memperkuat cadangan operasional BBM.
"Alokasi anggaran tersebut merupakan pertama kalinya dilakukan," ujarnya.
Di sejumlah negara lain, persediaan minyak untuk ketahanan atau penyangga energi yang lazim disebut "strategic petroleum reserves" (SPR) sudah banyak diterapkan.
Sejumlah catatan Sudirman yang lainnya antara lain pencabutan subsidi premium dan subsidi tetap untuk solar serta keberaniannya membongkar skandal "Papa Minta Saham".
Meski, kontroversinya dengan Menko Perekonomian Rizal Ramli yang sekaligus atasannya seperti soal Blok Masela dan proyek 35.000 MW, dan terakhir polemiknya dengan PT PLN (Persero) yang sebenarnya tidak perlu.
Sektor ESDM memerlukan sosok berani seperti Sudirman dan diharapkan penggantinya Archandra Tahar bisa lebih baik lagi.