Pangkalpinang (ANTARA) - TP PKK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) melatih 30 orang pelaku UMKM mengolah cokelat, guna menigkatkan ekonomi kreatif dan kesejateraan masyarakat daerah itu.
"Saat ini ekonomi Babel sedang menurun, sehingga diperlukan usaha untuk bertransformasi," kata Penjabat Ketua TP PKK Kepulauan Babel Saftriati Safrizal saat memotivasi peserta pelatihan pengolahan cokelat di Pangkalpinang, Senin.
Ia mengatakan kegiatan pelatihan ini merupakan peluang bersama untuk meningkatkan potensi diri, meningkatkan ekonomi kreatif keluarga dan masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung.
"Ini satu kesempatan yang tidak bisa didapatkan semua orang. Kalian beruntung, kalian harus belajar, karena potensi tidak sekarang, tetapi masa depan menjanjikan, dan bahkan dibiayai untuk ikut kegiatan pelatihan ini," ujarnya.
Ia menyatakan saat ini ekonomi di Kepulauan Babel sedang menurun, sebagai dampak masalah mega korupsi pertimahan, sehingga diperlukan usaha untuk bertransformasi dari sektor pertambangan ke pertanian, perikanan dan pengembangan ekonomi kreatif di masyarakat.
"Saat ini beberapa kebun sawit perusahaannya kolaps karena terkait permasalahan timah, ada ratusan pekerja tidak bekerja lagi perusahaan perkebunan sawit tersebut," katanya.
Ia ingin ada pelaku usaha coklat yang bisa memberikan bukti bahwa bisa hidup dari cokelat, walaupun sedikit, ini adalah potensi. Artinya, kebutuhan cokelat yang masih tahap tanam depan rumah.
"Saya akan informasikan ke pak pj gubernur bahwa saya menghadiri pelatihan coklat, kalau ada bantuan lahan untuk tanaman coklat. Bahkan sudah ada pengusaha dari Perancis yang siap kerja sama menampung produk coklat dari Kep. Babel. Bayangkan produknya belum seberapa, orang luar udah ngelirik," katanya.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa di masa mendatang mungkin para peserta yang hadir ini menjadi pengusaha yang luar biasa. Terlebih saat ini pemerintah daerah sedang mengangkat potensi pangan berbasis lokal, yang merupakan karakteristik suatu wilayah yang tidak ada di wilayah lain sehingga menjadi ciri khas yang berbeda dan menjadi keunggulan daerah.
"Seperti misalnya lidi nipah yang dulu hanya dimanfaatkan untuk sapu lidi, namun sekarang bisa dikreasikan menjadi berbagai produk. Dengan mendapat sentuhan, di latih, kita melakukan inovasi dan sekarang bisa dimanfaatkan sebagai bahan membuat tas, vas bunga, tempat tisu, taplak meja, hiasan dinding, dengan metode tenun dan lain sebagainya, menghasilkan produk yang bernilai lebih. Lidi nipah kita satu-satunya yang melakukan ekspor ke luar negeri," ujarnya.
Sama halnya seperti cokelat ini. Dimana pemerintah sudah memfasilitasi, tentu para generasi muda khususnya perlu melakukan inovasi dan menggali kreativitas ke depannya. Bahkan untuk permodalan pun saat ini bisa dibantu melalui dana CSR dan KUR, namun dengan prosedur yang diawali dengan pelatihan seperti ini.
"Adek-adek ini masih muda, semua punya potensi, tinggal bagaimana memanfaatkan teknologi. Dunia ada di dalam genggaman (gadget/Handphone), kita yang menentukan, mau usaha ada di HP, yang tidak ada adalah inovasi terbaru, maka buatlah sesuatu yang tidak biasa, supaya punya nilai lebih dari produk lain. Bahkan tadi saya cicipi ada cokelat rasa lada, menggunakan Muntok White Pepper yang hanya ada di sini," terangnya.
"Kesuksesan itu bukan suatu yang instan, namun sesuatu yang harus digali dan semua harus diawali dari tekad untuk mengembangkan usaha, kemudian digali. Mudah-mudahan apa yg didapat melalui pelatihan ini akan membawa manfaaat untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan, masyarakat. Saya yakin saya doakan akan ada salah satu kalian jadi eksportir coklat," harapnya.