Jakarta (ANTARA) - "Saya umumkan Paralimpiade ini dibuka," kata Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron dari tribun kehormatan di lapangan terkenal di Paris, Place de la Concorde, Rabu malam waktu setempat atau Kamis dini hari WIB tadi.
Dalam sebelas hari ke depan, mulai 29 Agustus ini, 4.000 atlet dari 184 kontingen, termasuk Indonesia, akan bertarung dalam 22 cabang olahraga, guna memperebutkan 549 keping medali emas.
Pembukaan Paralimpiade Paris 2024 dipusatkan di Place de la Concorde. Ini untuk pertama kali, upacara pembukaan Paralimpiade digelar di tempat terbuka.
Untuk kedua kalinya kota Paris menggelar upacara pembukaan ajang olahraga terbesar dan terkolosal di dunia, di tempat terbuka.
Sebulan lalu, Olimpiade Paris 2024 juga dibuka dalam suasana sama pada 26 Juli di sepanjang Sungai Seine yang membelah kota Paris.
Jika pada upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 dipusatkan di Jardins du Trocadero (Taman Torcadero) yang berada di tepi Sungai Seine dan berlatar belakang Menaraa Eiffel, maka upacara pembukaan Paralimpiade 2024 juga diadakan di tempat yang tak kalah monumentalnya.
Setelah menyusuri Champs-Elysees sejak dari Arc de Triomphe, laksana parade kemenangan tentara Sekutu 80 tahun silam yang membebaskan Prancis dari Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua, parade atlet paralimpik berakhir di Place de la Concorde.
Place de la Concorde yang terletak di antara Champs Elysees dan Jardin des Tuileries adalah salah satu ruang publik paling megah nan menggugah di jantung kota Paris.
Lapangan ini merupakan yang terbesar di Paris dan kedua terbesar di Prancis setelah Place de Quinconces di Bordeaux, yang berjarak 585 km dari selatan kota Paris.
Di bangun antara 1757 dan 1779, Place de la Concorde awalnya dinamai "Place de Louis XV" yang didedikasikan untuk Raja Louis XV yang memerintah Prancis saat itu, sampai dibuatkan patung di sana.
Tentang kerja keras
Setelah meletus Revolusi Prancis pada 1789, nama lapangan itu diubah menjadi Place de la Revolution. Patung Raja Louis XV yang dulunya angkuh berdiri di sana, ditumbangkan dan dilucuti dari lapangan itu.
Namun alun-alun itu berubah menjadi lautan darah karena menjadi tempat eksekusi untuk mereka yang dianggap musuh-musuh revolusi.
Sekitar 1.200 orang dipenggal dengan guillotine di sana, termasuk Raja Louis XVI, permaisuri Marie Antoinette, dan pemimpin revolusi itu sendiri, Maximilien Robespierre.
Setelah periode penuh darah nan teror itu berakhir pada 1795, lapangan itu dinamai dengan Place de la Concorde seperti dikenal hingga sekarang.
Pada 1836, atas perintah Raja Louis Philippe, obelisk berusia 3.300 tahun yang dihadiahkan pemerintah Mesir kepada Prancis pada 1829, ditempatkan persis di tengah alun-alun tersebut.
Sejak berubah nama menjadi Place de la Concorde, sudut kota Paris yang setiap tahun menjadi tempat finis untuk balap sepeda terkenal di dunia Tour de France itu, menjadi simbol perdamaian dan harmoni.
Tak mengherankan jika Prancis memilih Place de la Concorde sebagai panggung utama upacara pembukaan Paralimpiade Paris 2024, karena tempat ini memang sarat maknawi dan filosofis.
Place de la Concorde sudah menjadi perlambang warisan filosofis, sastra, dan budaya yang menurut Komite Paralimpiade Internasional (IPC) sendiri dianggap selaras dengan nilai-nilai Paralimpiade.
Place de la Concorde memang sungguh simbol kesetaraan dan persaudaraan yang selalu diagungkan dalam semua arena olahraga, terlebih Paralimpiade.
Tapi atlet-atlet Paralimpiade tak butuh diistimewakan dan dikasihani.
Mereka ingin dihargai karena usaha keras dan proses panjang yang mereka lalu untuk sampai di panggung Paralimpiade, persis rekan-rekan mereka yang berkompetisi dalam Olimpiade lalu.
Tentang tekad menang
IPC sampai perlu membuat pedoman bagaimana wartawan melaporkan atlet-atlet paralimpik atau atlet-atlet para ini.
Di antara pedoman itu adalah anjuran menghindarkan penggunaan kata-kata emosional, seperti "tragis", "cacat", dan "korban". IPC tak ingin atlet para dilukiskan sebagai manusia tidak biasa.
Melebih-lebihkan prestasi atlet para, secara tidak sengaja menunjukkan bahwa harapan awal mereka tidaklah tinggi. Dan ini merendahkan mereka.
Standar pelaporan laga Paralimpiade seperti ini kian menegaskan bahwa olahraga memang selalu jauh lebih maju dari sektor-sektor kehidupan lain dalam memanusiakan manusia.
Arena olahraga selalu berbicara tentang kesetaraan dan persaudaraan, yang juga kerap menjadi simbol kebebasan, persis semangat liberte, egalite, fraternite (kebebasan, kesetaraan, persaudaraan) yang mendasari rakyat Prancis melawan penguasa tiran 235 tahun lalu dalam Revolusi Prancis.
Olahraga bukan tentang penghambaan satu terhadap lainnya, juga bukan tentang hirarki, pun bukan karena cantik atau tampan, keturunan dan koneksi, melainkan tentang kerja keras, dedikasi dan komitmen.
Olahraga adalah tentang proses mencapai prestasi dan sportivitas.
Keistimewaan yang didapatkan insan-insan olahraga adalah melulu karena usaha mereka, bukan lahiriah yang melabeli mereka sejak lahir, teristimewa dalam Paralimpiade.
Meskipun demikian, Paralimpiade juga tentang hasrat menjadi juara, seperti ditekadkan para olimpian dari Olimpiade ke Olimpiade, termasuk Olimpiade Paris 2024 sebulan lewat.
Maryam Al Dhanhani, perempuan pertama yang mewakili UEA dalam judo Paralimpiade, bahkan menegaskan bahwa dirinya tidak hadir di Paris hanya demi berpartisipasi, melainkan untuk menang.
Inilah tekad yang seharusnya menjadi bagian yang paling patut disimak kala kita menyaksikan laga-laga Paralimpiade 2024 nanti.
Paralimpiade Paris 2024
Paralimpiade Paris dan kesetaraan yang kian dimuliakan
Oleh Jafar M Sidik Kamis, 29 Agustus 2024 9:06 WIB