Pangkalpinang (Antara Babel) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Bayu Martanto mengimbau masyarakat untuk menukarkan uang logam ke bank sentral atau perbankan mengingat pemasukan uang logam ke BI sangat sedikit.
"Jumlah uang koin yang kembali masuk ke BI terbilang sangat sedikit sedangkan jumlah uang logam yang dikeluarkan cukup banyak padahal uang logam juga merupakan alat tukar yang sah," katanya di Pangkalpinang, Rabu.
Menurut dia, banyaknya aliran uang keluar atau outflow dari BI Provinsi Babel menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap uang logam sangat tinggi.
"Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 2015, diketahui bahwa hanya 38 persen responden menggunakan uang logam untuk bertransaksi," katanya.
Sementara itu, tambahnya sekitar 62 persen responden lain memperlakukan uang logam dengan menyimpan, mengumpulkan uang logam di celengan atau laci, sebagian lagi menggunakan uang logam untuk parkir dan tip.
"Aliran masuk uang logam ke BI terbilang sepi dan sangat sedikit sehingga mengakibatkan sirkulasi peredaran uang logam menjadi lambat," ujarnya.
Selain itu, pihaknya menilai kebanyakan masyarakat juga enggan menggunakan uang logam untuk bertransaksi karena dinilai memiliki nilai yang kecil.
"Satuan uang logam memang memiliki nilai yang kecil namun jika dikumpulkan menjadi nilai yang besar. Selain itu sebagian masyarakat juga merasa gengsi untuk berbelanja menggunakan uang recehan logam," katanya.
Selain itu, ia juga mengimbau agar masyarakat peduli terhadap kondisi fisik uang logam sekaligus uang kertas yang beredar.
"Meskipun fisik uang sudah lusuh, masyarakat masih tetap menggunakannya untuk transaksi dan merasa enggan untuk menukarkan ke bank terdekat," ujarnya.
Ia mengatakan, dalam hal ini Bank Indonesia akan terus berupaya mengedukasi kepada masyarakat tentang bagaimana memperlakukan uang rupiah baik uang kertas maupun uang logam.