Pangkalpinang, Babel (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Bangka Belitung memfasilitasi kelompok tani membuat pupuk berbahan abu hasil pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap.
"Program tanggung jawab sosial dan lingkungan ini merupakan salah satu bentuk komitmen perusahaan terhadap lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Babel Dini Sulistyawati di Pangkalpinang, Selasa.
Pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) tersebut dilakukan kepada komunitas Forum Masyarakat Petani (Formap) Bangka Belitung.
Bantuan yang disalurkan berupa mesin pengolah pupuk berbahan dasar "Fly Ash Bottom Ash" (FABA) atau abu hasil proses pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap yang disertai pelatihan pengelolaan pupuk berbahan dasar abu sisa batu bara.
"Kami ingin melalui kegiatan ini dapat mendukung peningkatan ketahanan pangan Babel dan kesejahteraan petani dengan menciptakan pupuk murah dan ramah lingkungan," katanya.
Program ini merupakan bagian dari komitmen PLN untuk menjalankan bisnis yang tidak hanya mengutamakan profit, namun juga memastikan operasional yang dijalankan memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan.
“Kami terus mendorong pemanfaatan FABA menjadi bahan baku keperluan berbagai sektor yang dapat membangkitkan ekonomi masyarakat, seperti bahan bangunan dan pertanian," katanya.
Dengan bantuan peralatan pengolahan abu batu bara dan pelatihan pengelolaan pupuk berbahan dasar FABA dapat dioptimalkan oleh komunitas Formap Babel agar masyarakat terbantu mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau.
Program bantuan ini tidak sekadar memberikan solusi jangka pendek, tetapi juga menjadi langkah awal untuk menciptakan keberlanjutan ekonomi bagi masyarakat di Babel.
Acara penyerahan bantuan ini juga dihadiri Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Edi Romdhoni yang memberikan apresiasi terhadap inisiatif PLN Babel dan Formap Babel dalam memanfaatkan abu batu bara menjadi pupuk yang terjangkau petani.
"Langkah ini bisa menjadi solusi bagi kebutuhan pupuk murah di Babel," ujarnya.
Untuk penggunaan pupuk FABA berbahan abu batu bara secara luas, kata dia, perlu dipastikan terlebih dahulu kandungan yang ada guna memastikan keamanan dan sesuai standar bagi tanaman dan lingkungan.
Ketua Formap Babel M. Syarif Hidayatullah meyakini bantuan dapat bermanfaat bagi petani di Babel dalam menghadapi tantangan pertanian.
"Bantuan ini akan kami manfaatkan optimal, terutama dalam upaya mengolah limbah abu batu bara menjadi produk, saat ini penggunaan pupuk FABA masih kalangan terbatas, namun kami terus berkoordinasi dengan para ahli untuk membuat pupuk ini agar bisa dimanfaatkan untuk masyarakat, terjangkau dan mendapatkan hasil pertanian maksimal," ujarnya.
Selain penyerahan bantuan secara simbolis, acara tersebut juga dilengkapi dengan sesi pelatihan pengelolaan pupuk berbahan dasar FABA oleh para ahli, antara lain Mohammad Khotib (ahli kimia dari Institut Pertanian Bogor), dan Sudirman Adibrata (pengajar Universitas Bangka Belitung).
Melalui program ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam menciptakan solusi-solusi inovatif bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus pelestarian lingkungan sekaligus mewujudkan pertanian berkelanjutan.