Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Prabowo Subianto melantik Letjen TNI (Purn.) Muhammad Herindra sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) bersama jajaran menteri Kabinet Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta, Senin.
Herindra, yang selama 4 tahun terakhir bekerja di lingkaran dekat Prabowo, per hari ini resmi menerima kepercayaan dari Presiden Ke-8 RI untuk memimpin Badan Intelijen Negara.
Dalam waktu kurang lebih 8 tahun terakhir, BIN dipimpin oleh seorang pemimpin berlatar kepolisian, yaitu Jenderal Pol. (Purn.) Budi Gunawan, yang pada hari ini juga dilantik oleh Presiden sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.
Terpilihnya Herindra tentu menjadi penyegaran di lingkungan BIN, mengingat latar pengalamannya selama 30 tahun lebih mengabdi sebagai prajurit TNI kemudian menjabat Wamenhan.
Pengamat militer dan keamanan Khairul Fahmi menilai berbekal pengalaman operasional di lingkungan TNI dan pengalaman strategis sebagai Wamenhan, Herindra punya kemampuan dan memahami berbagai perspektif keamanan negara termasuk ragam potensi ancaman yang tak hanya konvensional, tetapi juga asimetris dan hibrida.
Pengembangan kontra-intelijen yang efektif di bawah kepemimpinannya dapat menjadi penangkal bagi potensi ancaman hibrida, termasuk serangan siber yang sering terjadi, kata Fahmi, co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS).
Rekam jejak Herindra
Herindra mengabdikan dirinya sebagai prajurit TNI selama 30 tahun lebih, yang pada akhir masa baktinya dia pensiun sebagai purnawirawan bintang tiga. Namun, pensiun sebagai prajurit tak menghentikan jalan pengabdiannya karena dia lanjut dipercaya oleh Presiden Joko Widodo menjabat Wakil Menteri Pertahanan sejak 23 Desember 2020.
Dalam waktu kurang lebih 4 tahun, Herindra membantu kerja Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan, kala itu.
Herindra, selama aktif sebagai Wamenhan, juga banyak turun langsung memastikan eksekusi program-program Prabowo berjalan, di antaranya terkait penguatan industri pertahanan dalam negeri, mewujudkan ketahanan pangan, menata kembali aset-aset di lingkungan Kemenhan dan TNI yang kurang produktif, ikut andil meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM), hingga mewakili Menhan Prabowo dalam berbagai pertemuan tingkat kawasan maupun dunia.
Karier militer Herindra dimulai selepas dia lulus dari Akademi Militer Magelang pada 1987. Herindra mengikuti jejak ayahnya yang juga prajurit TNI Letkol Inf. (Purn.) Hudaya.
Herindra saat lulus dari Akademi Militer berhasil meraih dua penghargaan sekaligus, yaitu lulusan terbaik Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama. Herindra ada dalam satu angkatan yang sama dengan Jenderal TNI (Purn.) Andika Perkasa, dan Jenderal Pol. (Purn.) Tito Karnavian.
Lulus dari Lembah Tidar, Herindra terpilih masuk pasukan elite Kopassus. Dia mengisi berbagai jabatan komando dan non-komando di lingkungan Kopassus, termasuk menjadi Komandan Batalyon 812 Satuan 81 Kopassus saat dia berpangkat letnan kolonel.
Herindra kemudian mendapatkan penugasan di luar lingkungan Korps Baret Merah, yaitu di Kodam I/Bukit Barisan sebagai perwira senior intelijen. Dia kemudian menjabat sebagai Komandan Distrik Militer (Dandim) di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Selama menjabat sebagai Dandim, Herindra ikut andil memberantas pembalakan liar (illegal logging) menangkap 27 ton kayu ilegal pada 2005.
Dua tahun berselang, dia kembali ke Akademi Militer Magelang menempati posisi sebagai Wakil Komandan Resimen Taruna Akmil. Kemudian, Herindra dipercaya sebagai Asisten Intelijen (Asintel) Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus pada 2008 dan Asintel Kepala Staf Kodam (Kasdam) Jaya pada 2009.
Herindra kemudian mengisi posisi strategis sebagai Direktur Penelitian dan Pengembangan Pusat Intelijen TNI Angkatan Darat, lalu melanjutkan pendidikan magister di Universitas Nasional Malaysia.
Selepas mendapatkan gelar master pada 2011, Herindra dipercaya sebagai Koordinator Staf Pribadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Koorspri KSAD), yang saat itu dijabat oleh Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.
Karier Herindra terus menanjak selepas itu. Dia mengisi jabatan sebagai Komandan Korem 101/Antasari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (20122013). Herindra, yang saat itu berpangkat kolonel, menerima brevet Bhayangkara Bahari Utama Kehormatan oleh Direktur Polisi Perairan Polda Kalimantan Selatan pada 21 Maret 2013.
Kemudian, Herindra kembali mengisi jabatan di lingkungan Korps Baret Merah sebagai Wakil Komandan Jenderal Kopasuss (20132015). Herindra, yang saat itu dilantik sebagai Wadanjen Kopassus pada 8 Juli 2013 sempat memegang jabatan ganda juga sebagai Danrem 101/Antasari sampai 24 Juli 2013.
Herindra kemudian mengisi posisi sebagai Kepala Staf Kodam III/Siliwangi (2015), dan tak berselang lama, dia mendapatkan promosi naik bintang dua menjadi Komandan Jenderal Kopassus (20152016).
Herindra kemudian kembali ke teritorial sebagai Pangdam III/Siliwangi (20162017), lalu perwira staf ahli Panglima bidang hubungan internasional (20172018), dan naik bintang tiga menjadi Inspektur Jenderal (Irjen) TNI pada 20182020, kemudian Kepala Staf Umum (Kasum) TNI pada 2020.
Sepanjang kariernya menjadi prajurit TNI, Herindra menempuh sejumlah pendidikan kemiliteran dan komando di Amerika Serikat, yaitu di Militery College of Vermont-Norwich University dan National Defense University. Herindra juga telah melewati sejumlah pendidikan khusus antara lain Suslapa I, Suslapa II, Seskoad, Susdanyon, Susdandim, Seskogab Malaysia, dan Lemhannas.
Herindra juga mengoleksi berbagai tanda kehormatan, antara lain, Bintang Dharma, Bintang Jasa Pratama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Jalasena Pratama, Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama, Bintang Bhayangkara Pratama, Bintang Yudha Dharma Naraya, Bintang Kartika Eka Paksi Naraya, Grand Cross of the Royal Order of Sahametrei (Kamboja), Satyalancana Kesetiaan 32 Tahun, Satyalancana Dharma Bantala, Satyalancana Dharma Nusa, Satyalancana Wira Nusa, Satyalancana Wira Dharma, Satyalancana Ksatria Yudha, Satyalancana Seroja, dan Bintang LVRI (2024).