Jakarta (ANTARA) -
Satu per satu menteri maju ketika namanya dipanggil Presiden, tetapi yang paling diingat tentu saja ketika nama Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) disebut.
Sebab, ketika itu, pesan Presiden kepada Zainudin Amali dibalut dalam dua kata sederhana yang, di kemudian hari, ternyata mengubah wajah persepakbolaan Indonesia.
"Sepak bolanya, Pak!", kata Presiden singkat lalu tersenyum.
Karena disampaikan dalam kondisi yang rileks, awalnya banyak yang mengira dua kata sederhana dari Presiden kepada Menpora periode 2019--2023 itu hanyalah semacam candaan untuk memecah keheningan.
Namun, realitasnya sangat jauh berbeda. Diksi itu rupanya mengandung banyak hal penting mulai dari menggambarkan bagaimana karut marutnya persepakbolaan Indonesia sebelum itu dan strategi untuk memajukannya demi prestasi dunia di masa depan.
Pada periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, tahun 2014-2019, sepak bola Indonesia memang lebih banyak mengurusi perihal luar lapangan.
Bisa dikatakan, masa itu dikenang sebagai saat-saat kelam sepak bola Indonesia lantaran masalah demi masalah datang silih berganti hingga prestasi seolah berhenti.
Bulan April 2015, Pemerintah melalui Menpora kala itu Imam Nahrawi membekukan PSSI lantaran persoalan dualisme organisasi yang tidak kunjung usai.
Oleh FIFA, kebijakan itu dianggap intervensi Pemerintah yang membuat federasi sepak bola dunia itu juga menghukum PSSI dengan mencabut hak keanggotaannya yang membuat tim nasional dan klub-klub Indonesia tidak dapat beraktivitas di seluruh kompetisi di bawah naungan FIFA.
Tentu saja itu menjadi tamparan keras bagi semua pihak yang mencintai sepak bola Indonesia.
Lebih dari setahun kemudian, tepatnya Mei 2016, kelegaan muncul begitu mendengar FIFA akhirnya mencabut sanksi mereka untuk PSSI dengan alasan Pemerintah sudah membatalkan pembekuan terhadap organisasi yang berdiri pada 19 April 1930 itu.
Baru mau melesat, sepak bola Indonesia dirundung masalah anyar sekitar 2 tahun kemudian saat terbongkarnya kasus pengaturan skor. Itu membuat Satgas Antimafia Bola Polri pada Desember 2018 menangkap anggota Komite Eksekutif PSSI 2016-2020 Johar Lin Eng.
Kemudian, Maret 2019, giliran Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Joko Driyono yang ditahan oleh Satgas Antimafia Bola Polri karena dianggap merusak beberapa dokumen yang diduga terkait kasus pengaturan skor.
Kebangkitan
Dihantam permasalahan berkali-kali, sepak bola Indonesia babak belur. Presiden Joko Widodo menyadari itu benar-benar dan tidak ingin cabang olahraga yang paling diminati di tanah air tersebut tenggelam makin dalam.
Langkah itu dimulai sejak awal tahun 2019, di mana Presiden Jokowi mengesahkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Sepak bola pun menjadi satu-satunya cabang olahraga di Indonesia yang memiliki inpres khusus.
Isi penting dari inpres itu adalah kolaborasi antarkementerian dan lembaga untuk mengembangkan sepak bola nasional.
Salah satu wujud pelaksanaan inpres itu, Pemerintah melalui Kementerian Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR) merenovasi 21 stadion sepak bola di 11 provinsi agar berstandar internasional yang menelan biaya Rp2,87 triliun dari APBN 2024.
Ke-11 provinsi tersebut yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Banten, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Stadion-stadion yang direnovasi mulai dari Stadion Harapan dan Stadion Dimurthala di Aceh, Stadion Utama Sumatera Utara dan Stadion Teladan di Sumatra Utara, Stadion Bumi Sriwijaya di Palembang, Stadion Kanjuruhan di Malang, hingga Stadion Segiri, Samarinda.
Pemerintah juga memberikan dana dari APBN untuk pengembangan sepak bola kepada PSSI melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Pada tahun 2024, misalnya, Pemerintah pun menyalurkan Rp127,10 miliar yang ditujukan untuk memenuhi perlengkapan dan biaya operasi pusat pelatihan PSSI di Ibu Kota Nusantara (IKN), pemusatan latihan timnas putra dan putri baik di dalam maupun luar negeri, berbagai kegiatan juga kompetisi seperti Liga 3 Indonesia serta penajaman wawasan teknis dan tata kelola sepak bola dengan pelatihan pelatih dan wasit.
Besarnya perhatian Pemerintah menebarkan titik-titik terang di sepanjang jalan sepak bola Indonesia bahkan ketika kemuraman mengepung Indonesia dalam bentuk pandemi COVID-19.
Pada tahun 2020, seluruh kompetisi sepak bola nasional harus dihentikan karena merebaknya penyakit pernapasan yang sangat menular itu.
Akan tetapi, berkat koordinasi yang erat antara PSSI dan Pemerintah Indonesia, sandungan demi sandungan dapat disingkirkan pelan-pelan.
Bulan ketiga tahun 2021, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, sepak bola Indonesia kembali melalui turnamen pramusim Piala Menpora. Bukan cuma itu, dengan instruksi Presiden Joko Widodo, Pemerintah menyokong dengan sungguh-sungguh persiapan tim nasional mulai dari kelompok umur hingga senior, putra, dan putri, dalam kondisi pembatasan-pembatasan akibat pandemi.
Hasilnya tidak main-main. Berkat latihan selama pandemi, Timnas Senior lolos ke Piala Asia 2023 dan Timnas U-20 ke Piala Asia U-20 2023. Lalu Timnas U-16 juara Piala AFF 2022, dan Timnas Putri lolos ke Piala Asia 2022 untuk pertama kali setelah 32 tahun.
Ketua Umum PSSI 2019--2023 Mochamad Iriawan menggambarkan situasi saat pandemi tersebut seperti "rolller coaster" atau kereta luncur.
"Ibaratnya roller coaster, turunnya curam dan naik tajam," kata Iriawan.
Seiring, sejalan
Semakin harmonisnya hubungan Pemerintah dan PSSI sejak tahun 2019 membawa berkah bagi persepakbolaan nasional.
Sepak bola Indonesia seperti lepas dari jeratan rantai yang membelenggu kaki. Ketua Umum PSSI periode 2019--2023 Mochamad Iriawan dan periode 2023--2027 Erick Thohir memperlihatkan keduanya mampu berderap seiring dan sejalan dengan Pemerintah untuk memajukan sepak bola nasional.
Seperti saat PSSI mempertahankan Shin Tae-yong sebagai Pelatih Timnas Indonesia, Pemerintah menyangganya dengan bantuan-bantuan dan serangkaian kemudahan agar juru taktik asal Korea Selatan itu nyaman dalam menjalankan tugasnya.
Shin pun mampu mencatatkan banyak prestasi bersama skuad "Garuda", julukan Timnas Indonesia, seperti membawa Indonesia lolos dua kali beruntun ke putaran final Piala Asia yaitu Piala Asia 2023 dan Piala Asia 2027.
Di Piala Asia 2023, Indonesia dibawa Shin hingga babak 16 besar untuk pertama kali sepanjang sejarah keikutsertaan Garuda di ajang tersebut.
Yang patut diingat lagi, Shin mengantarkan anak-anak asuhnya lolos pertama kalinya ke Piala Asia U-23, yakni pada Piala Asia U-23 2024 dan langsung memimpin skuadnya sampai semifinal.
Shin juga menerbangkan peringkat FIFA Timnas Indonesia dari posisi 173 ke 133 (data FIFA sampai 18 Juli 2024).
Tidak sampai di sana, Timnas Indonesia dituntun Shin Tae-yong sampai ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, di mana Indonesia mampu mengimbangi Arab Saudi (peringkat ke-56 FIFA) di markasnya, Jeddah, dengan skor 1-1 dan menahan 0-0 Australia (posisi ke-24 FIFA) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, di Grup C fase tersebut.
Pencapaian-pencapaian apik dan bagusnya relasi PSSI dan Pemerintah membuat FIFA menaruh kepercayaan kepada Indonesia untuk menyelenggarakan turnamen dunia yaitu Piala Dunia U-17 2023.
FIFA pun menyalurkan dana hibah sekitar Rp85,6 miliar untuk membantu Indonesia membangun Pusat Latihan Nasional di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Bukan hanya itu saja, FIFA dengan yakin pula menghadirkan kantornya di Jakarta yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November 2023.
"Keputusan FIFA untuk membangun kantor tetap Asia-hub di Jakarta membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi yg sangat besar untuk mengembangkan dan memajukan persepakbolaan Indonesia di tingkat global," tutur Presiden Joko Widodo.
Deretan prestasi yang dijalani dengan penuh liku dalam membangun sepak bola nasional selama beberapa tahun ini, kini mulai menuai hasil.
Optimisme menyongsong masa depan sepak bola Indonesia saat ini begitu membuncah. Mulai ada titik terang dalam menggapai impian bisa berada di pentas utama sepak bola dunia.