Jakarta (ANTARA) - Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli menjadi momentum penting untuk mengingat kembali tanggung jawab bersama dalam menciptakan lingkungan tumbuh kembang yang aman dan penuh kasih bagi anak-anak Indonesia.
Salah satu langkah nyata yang dapat dilakukan orang tua maupun pengasuh adalah menerapkan pola pengasuhan tanpa kekerasan. Pengasuhan yang bebas dari kekerasan bukan hanya membantu anak merasa aman secara emosional, tetapi juga mendorong perkembangan karakter yang positif sejak dini.
Dalam semangat Hari Anak Nasional 2025 yang mengusung tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Emas 2045”, berikut panduan pola asuh tanpa kekerasan yang perlu dipahami oleh setiap keluarga Indonesia, yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Baca juga: 30 ucapan Hari Anak Nasional 2025 penuh makna, harapan, dan doa
Baca juga: Makna dan tema Hari Anak Nasional 2025: Anak hebat menuju Indonesia emas
7 Cara mengasuh anak tanpa kekerasan
1. Bangun komunikasi yang jujur dan terbuka
Ciptakan ruang komunikasi yang hangat dan terbuka dengan anak. Beri perhatian penuh saat mereka berbicara jauhkan ponsel atau gangguan lainnya. Dengarkan dengan empati, dan tanggapi dengan cara yang positif. Berikan umpan balik yang membangun, termasuk ketika anak melakukan kesalahan.
Tunjukkan bahwa Anda menghargai pendapat mereka, meskipun tidak selalu sependapat. Hindari langsung mengkritik dan dengarkan dengan seksama. Jangan ragu membahas hal-hal yang sulit. Biarkan anak merasa nyaman untuk datang kepada Anda kapan saja. Komunikasi seperti ini menciptakan rasa aman dan mendorong kepatuhan tanpa perlu ancaman.
2. Tetapkan aturan yang jelas di rumah
Agar suasana rumah lebih tenang dan minim amarah, penting untuk memiliki aturan yang jelas. Sampaikan aturan dengan tegas atau tuliskan di tempat yang mudah dilihat.
Ketika aturan dilanggar, terapkan konsekuensi secara konsisten tanpa emosi berlebihan. Menahan diri untuk tidak membentak atau menggunakan kekerasan akan memberi dampak jauh lebih positif.
3. Tentukan konsekuensi sejak awal
Sebelum aturan dilanggar, jelaskan dulu apa akibatnya. Misalnya, jika anak tidak mengerjakan PR sebelum makan malam, maka tidak diperbolehkan menonton televisi.
Anak akan belajar membuat keputusan sendiri dan memahami tanggung jawab dari pilihannya. Sesuaikan jenis konsekuensi dengan karakter anak, karena pendekatan yang efektif bisa berbeda pada tiap anak.
4. Gunakan penguatan positif
Agar anak lebih termotivasi mematuhi aturan, beri penghargaan atas perilaku baik mereka. Tak perlu selalu berupa hadiah besar pujian tulus pun bisa berdampak besar.
Ucapkan apresiasi, seperti: “Terima kasih sudah menyelesaikan tugasmu tanpa disuruh. Ibu/Ayah bangga padamu.” Dengan begitu, anak merasa dihargai dan cenderung mengulangi perilaku baiknya.
5. Ajarkan cara mengatasi masalah dengan baik
Bimbing anak untuk menyelesaikan konflik secara sehat dan mandiri. Ajak mereka memahami emosi, belajar berkomunikasi dengan baik, dan mencari solusi yang adil.
Dorong mereka mendengar pendapat orang lain dan bekerja sama. Ini akan membantu anak membangun rasa percaya diri, keterampilan sosial, dan kemandirian sejak dini modal penting dalam menghadapi masa depan.
6. Beri anak waktu untuk menenangkan diri
Daripada memarahi atau menghukum secara fisik, beri anak waktu untuk sendiri. Waktu ini bisa membantu mereka belajar mengelola perasaan dan menenangkan diri.
Namun, cara ini hanya efektif bila anak juga memiliki cukup waktu positif bersama orang tuanya. Dengan begitu, mereka tidak merasa dijauhi, melainkan belajar bahwa menenangkan diri adalah bagian dari proses berpikir dan bertanggung jawab.
7. Kendalikan emosi saat marah
Rasa marah adalah hal yang wajar saat anak melanggar aturan, tapi mengekspresikan-nya dengan cara negatif seperti membentak atau memukul hanya akan melukai mental anak dan menimbulkan penyesalan bagi orang tua.
Belajarlah mengenali emosi Anda dan cari cara meredakannya sebelum bereaksi. Reaksi yang tenang akan jauh lebih efektif dalam membimbing anak.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengasuhan tanpa kekerasan di momentum Hari Anak Nasional 2025, orang tua dan pengasuh turut mengambil peran aktif dalam menciptakan generasi anak Indonesia yang tumbuh dengan rasa aman, dihargai, dan penuh percaya diri. Ini bukan hanya bentuk perayaan simbolis, tetapi langkah konkret dalam mendukung visi “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Emas 2045.”