Pangkalpinang (ANTARA) - Diskominfo Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memanfaatkan portal yang terintegrasi, guna mewujudkan kolaborasi dan harmonisasi informasi yang diseminasikan kepada masyarakat di daerah itu.
"Kita perkuat kolaborasi untuk menyelaraskan metode komunikasi publik ini," kata Ketua Tim Pengelola dan Penyedia Komunikasi Publik Diskominfo Kepulauan Babel Leo Randika saat Focus Group Discussion (FGD) Sinergisitas dan koordinasi dalam diseminasi informasi publik dengan humas se-Provinsi Kepulauan Babel di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan kegiatan sinergisitas dan koordinasi dalam diseminasi informasi publik dengan humas se-Provinsi Kepulauan Babel sangat penting untuk meningkatkan kolaborasi untuk mewujudkan Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.
"Intinya kita perkuat kolaborasi agar tercipta harmonisasi melalui pemanfaatan satu portal terintegrasi yang mencakup berbagai saluran dan konten," ujarnya.
Ia menyatakan kolaborasi ini sebagai salah satu strategi dalam mengimplementasikan hasil pemetaan dari RPJMN 2025 Astacita yang merupakan misi Presiden dan Wakil Presiden Prabowo - Gibran yang kemudian diturunkan ke eksekutif, legislatif, yudikatif hingga ke dalam program kerja instansi.
"Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kita mentransformasikan program tersebut sebagai pesan berupa siaran pers, visual maupun audio visual dan disebarluaskan melalui portal media terintegrasi yakni baca yuk.id yang mencakup berbagai saluran mulai dari media sosial @Diskominfobabel dan e-magazine Maras," jelasnya.
Menurut dia strategi media terintegrasi ini sebagai salah satu cara agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan, sekalipun melalui saluran yang berbeda.
"Media terintegrasi ini nantinya diharapkan dapat membangun opini publik yang positif dan meningkatkan kepercayaan publik kepada pemerintah," ujarnya.
Ia mengakui hal ini tidak mudah, karena berdasarkan data yang dirilis oleh Reuters Institute Digital News Report,tingkat kepercayaan responden di Asia Pasifik terhadap berita media massa pada 2022, Indonesia berada di urutan 5 terendah di Asia Pasifik hanya 39 persen yang percaya, artinya 61 persen di Indonesia tidak percaya kepada media massa.
"Pemanfaatan portal saluran media terintegrasi ini menekankan pentingnya isi konten. Content is the king, jika kita bisa mentransformasikan menjadi pesan, kita bisa melakukan hal apapun dalam komunikasi," katanya.