Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak subspesialis respirologi lulusan Universitas Indonesia (UI) mengatakan penggunaan kipas angin dan kebiasaan mandi malam tidak dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit radang paru atau yang biasa dikenal dengan pneumonia.
“Kipas angin bukan penyebab langsung dari penyakit pneumonia, tapi, bisa jadi media untuk memperluas transmisi penularannya,” kata dr. Wahyuni Indawati, Sp.A (K) dalam temu media di Jakarta, Minggu.
Pneumonia merupakan peradangan akut pada parenkim paru (alveoli) yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada bulan November tahun 2016, dia mengatakan bahwa bakteri Streptococcus Pneumoniae menjadi penyebab yang paling banyak ditemui dalam kasus pneumonia bakterial pada anak-anak. Persentasenya mencapai 50 persen, diikuti dengan influenza tipe B sebesar 20 persen dan penyebab lain seperti fungi (jamur) atau virus sebesar 30 persen.
Terkait dengan penggunaan kipas angin, Wahyuni menjelaskan bahwa penularan dapat terjadi hanya bila kipas angin diletakkan di dalam ruangan yang tertutup dan sempat disinggahi oleh orang yang membawa bakteri.
Bakteri yang dibawa dapat menyebar di dalam ruangan melalui droplet atau cipratan air liur yang keluar dari mulut baik melalui bersin, batuk atau saat berbicara. Bila cipratan tersebut mengenai kipas angin, maka bakteri akan menempel di permukaan benda dalam kurun waktu yang cukup lama.
Sementara itu terkait dengan mandi malam, Wahyuni mengatakan kebiasaan tersebut tidak berkaitan secara langsung sebagai penyebab pneumonia.
Mandi malam hanya akan mengubah suhu tubuh seseorang, apalagi bila mandi menggunakan air dingin. Bila anak sedang kurang sehat, daya tahan tubuh menurun sehingga meningkatkan potensi untuk terkena penyakit.
“Juga memang tidak ada penelitian terkait (mandi malam) itu,” ucap Wahyuni.
Pneumonia merupakan penyakit menular yang menyebabkan kasus kematian tertinggi pada anak di seluruh dunia. Dalam data UNICEF pada tahun 2019, disebutkan bahwa hampir 2.200 anak usia di bawah lima tahun meninggal akibat pneumonia setiap hari di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat pneumonia sebagai penyebab 14,5 persen kematian bayi dan lima persen kematian balita.
Sejauh ini pemberian vaksin konjugat pneumokokus (PCV) secara luas telah terbukti secara signifikan mengurangi beban penyakit pneumonia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga sudah menambahkan PCV15 dalam vaksinasi yang direkomendasikan untuk memperluas perlindungan anak terhadap bakteri pneumokokus.
Berita Terkait
RI targetkan kematian balita akibat pneumonia turun pada 2030
11 November 2024 15:24
Kemenkes: 95 persen anak Indonesia harus sudah imunisasi
8 Februari 2024 18:49
Mengapa pneumonia bisa sebabkan kematian?
11 Januari 2024 16:29
Misinformasi! bakteri Mycoplasma Pneumoniae sama seperti COVID-19
9 Desember 2023 12:45
Gejala pneumonia anak umumnya diawali demam, batuk atau pilek
7 Desember 2023 20:05
Kemenkes imbau masyarakat tidak panik sikapi wabah pneumonia di China
30 November 2023 15:38
Pneumonia di China bukan virus baru seperti COVID-19
29 November 2023 13:56
Kemenkes minta semua jajaran kesehatan siaga dan waspada pneumonia
29 November 2023 11:37