Koba, Babel (ANTARA) - Bupati Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Algafry Rahman mengatakan, pelajar harus memiliki karakter dan mengedepankan sikap toleransi.
"Para pendidik wajib memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk mendapatkan penguatan pendidikan karakter melalui berbagai kegiatan, seperti pesantren kilat dan kegiatan kerohanian," ujarnya saat menghadiri kegiatan implementasi pendidikan karakter siswa yang digelar SMPN 1 Koba, Bangka Tengah, Jumat.
Implementasi ini diisi dengan dua kegiatan yakni pesantren kilat Ramadan 1446 Hijriah yang mengusung tema Kokohkan Hati dengan Iman Taklukan Dunia dengan Al Quran, juga kegiatan kerohanian untuk siswa non-muslim.
"Saya tentu sangat gembira dan memberikan apresiasi atas diselenggarakan kegiatan ini, karena para siswa bisa mendapatkan pendidikan karakter pada momentum bulan suci Ramadhan," ujarnya.
"Bersama Wakil Bupati Bangka Tengah Efrianda dan Plt Kadindik Pangihutan Sihombing, tampak Algafry memantau langsung jalannya kegiatan pesantren kilat dan kerohanian di SMPN 1 Koba.
"Tadi saya sudah lihat secara langsung, ada bimbingan kerohanian kepada yang beragama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Budha, dan Konghucu. Kita sangat mengapresiasi kegiatan ini. Semoga dari kegiatan ini para siswa semakin bisa mengedepankan sikap toleransi, menghormati, dan saling menjaga antar sesama," ujarnya.
Kepala SMPN 1 Koba Hana Meilani mengatakan, kegiatan pesantren kilat ini merupakan agenda rutin tahunan yang digelar SMPN 1 Koba pada saat bulan suci Ramadhan.
"Kegiatan yang kami laksanakan hari ini adalah agenda rutin tahunan sekolah, yakni penguatan pendidikan karakter, karena yang terlibat bukan hanya siswa yang beragama Islam, tapi yang non-muslim juga," jelasnya.
Ia mengatakan, penguatan pendidikan karakter melalui pesantren kilat untuk siswa Muslim untuk mendalami agama Islam, dengan berbagai kegiatan seperti tadarus, shalat dhuha dan lainnya.
"Kemudian penguatan pendidikan karakter untuk siswa yang non-muslim juga ada. Jadi kami bentuk kelompok-kelompok berdasarkan agama, ada agama Budha, Khonghucu, Katolik, dan Kristen Protestan. Ini merupakan contoh dari pendidikan inklusi, artinya semua siswa terlibat, tidak melihat agamanya apa," tutupnya.