Jakarta (ANTARA) - Rezim Zionis kembali melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza, wilayah kantong Palestina yang dikepung Israel, pada Selasa (18/3) dini hari.
Serangan terbaru itu berlangsung mulai pukul 2 pagi waktu setempat ketika sebagian warga Gaza bersiap untuk santap sahur dan sebagian lainnya hanya menunggu waktu fajar untuk memulai puasa karena tidak memiliki makanan.
Aksi Israel itu—terbesar sejak gencatan senjata antara Israel dan kelompok perjuangan Palestina, Hamas, diberlakukan pada 19 Januari—menuai kecaman dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dan organisasi-organisasi internasional.
Apa dampak serangan itu terhadap warga sipil di Gaza dan kelanjutan negosiasi Israel-Hamas untuk mengakhiri konflik? Berikut adalah fakta-faktanya.
Ratusan warga Palestina tewas
Meski berlangsung hanya sehari, serangan Israel itu telah menewaskan lebih dari 404 warga Palestina dan melukai 562 lainnya, menurut data otoritas kesehatan setempat.
Angka kematian itu menambah jumlah korban tewas di kalangan penduduk sipil Gaza hingga 48.500 lebih, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, sejak Israel melancarkan perang pada Oktober 2023.
Perintah evakuasi
Usai melancarkan serangan mematikan itu, Israel kemudian memerintahkan warga di sejumlah kawasan permukiman di Beit Hanoun dan Khan Younis untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Namun, tidak ada informasi yang jelas mengenai tempat tujuan yang aman bagi warga sipil.
Perintah itu menjadi perintah evakuasi pertama di Jalur Gaza sejak 15 Januari.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan luas kawasan mendapat perintah evakuasi mencapai sekitar 23 kilometer persegi, atau lebih dari 6 persen luas wilayah kantong itu, dan mencakup lebih dari puluhan lokasi yang selama ini menampung pengungsi.
Langgar kesepakatan
Anggota kantor biro politik Hamas, Basem Naim, menegaskan bahwa rezim Zionis telah melanggar gencatan senjata ratusan kali.
Menurut dia, Hamas telah berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata dan melaksanakan kewajiban sesuai kesepakatan itu, tetapi pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan para pejabatnya melanggar kesepakatan itu dengan melakukan pembunuhan, menutup pintu perbatasan, dan melarang masuk bantuan kemanusiaan.
Kantor Netanyahu berdalih serangan kembali dilakukan karena Hamas menolak usulan Amerika Serikat untuk memperpanjang gencatan senjata dan melanjutkan pertukaran tawanan.
Kecaman internasional
Negara-negara Eropa, termasuk para anggota Uni Eropa (EU), mengutuk keras serangan pada Selasa itu dan menyerukan Israel untuk menghentikan serangannya.
"EU meyakini bahwa kembali melanjutkan negosiasi merupakan satu-satunya jalan ke depan," kata EU dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengungkapkan kekhawatirannya atas serangan Israel tersebut yang dia nilai "membahayakan tujuan perdamaian yang sedang kita upayakan bersama."
Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour mendesak Dewan Keamanan (DK) untuk tidak tinggal diam dan segera mengambil tindakan atas serangan Israel itu.
Dewan Keamanan, bertindaklah. Akhiri tindakan kriminal ini. Hentikan tindakan mereka membatasi makanan kepada rakyat kami di bulan Ramadan, membatasi air dan operasional rumah sakit," kata dia.
Indonesia juga mengutuk serangan Israel yang menewaskan ratusan warga sipil itu pada bulan puasa.
"Serangan ini menambah rangkaian provokasi Israel yang mengancam gencatan senjata dan mengganggu prospek negosiasi perdamaian menuju solusi dua negara,” kata Kementerian Luar Negeri RI di platform X.
Kelanjutan negosiasi
Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy mendesak DK PBB segera mengambil langkah terbaik untuk memulihkan gencatan senjata setelah Israel melanjutkan serangan brutalnya di Gaza.
"Dewan Keamanan PBB harus melakukan segala upaya yang mungkin untuk memastikan gencatan senjata bisa dimulai kembali secepat mungkin dan pelaksanaan perjanjian antara Israel dan Hamas dapat dilanjutkan lagi," kata Polyanskiy dalam pertemuan DK PBB tentang Palestina.
"Kita tidak boleh mengulangi kesalahan," kata dia.
Sementara itu, Hamas pada Rabu dikabarkan menyambut baik setiap usulan tentang perundingan tahap kedua perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Setiap usulan yang mengarah pada perundingan tahap kedua gencatan senjata permanen kami sambut baik dan menjadi bahan diskusi," kata juru bicara Hamas, Abdul Latif Al-Qanoua, kepada RIA Novosti.