Tanjungpandan, Belitung (ANTARA) - Kantor Kementerian Agama Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengatakan peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 dan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi yang berdekatan menjadi simbol harmoni dan kerukunan antar umat beragama di daerah itu.
"Hari Raya Nyepi dan Idul Fitri yang berdekatan
dan hanya selisih beberapa hari mencerminkan harmoni keberagaman budaya dan agama di Indonesia," kata Plt Kepala Kantor Kementerian Agama Belitung, Suyanto di Tanjungpandan, Sabtu.
Menurut dia, Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 dirayakan umat Hindu dengan meditasi, keheningan, dan kedamaian.
Ia mengatakan, sementara itu, Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi adalah momen kemenangan umat Islam setelah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yang identik dengan silaturahmi dan saling memaafkan.
"Kedua hari raya ini dapat menjadi simbol harmoni antar umat beragama," ujarnya.
Suyanto menambahkan, dengan semangat saling menghormati dan kebersamaan maka Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947 dan Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi dapat menjadi contoh nyata bagaimana harmoni antar umat beragama terus terjaga dan terus semakin baik.
Disampaikan, ada beberapa cara yang bisa dilaksanakan guna mempererat tali persaudaraan di tengah perbedaan misalnya adalah dengan gotong royong dalam persiapan kolaborasi antar umat beragama pada persiapan perayaan seperti membantu tetangga yang membutuhkan membersihkan lingkungan bersama-sama.
"Kemudian saling menghormati tradisi
maksudnya adalah masyarakat dari berbagai latar belakang dapat menunjukkan rasa hormat, memahami, dan mendukung perayaan hari raya satu sama lain. Misalnya saja umat Islam dapat menjaga ketenangan saat Nyepi berlangsung begitu juga umat Hindu dapat berbagi kebahagiaan dengan tetangga muslim saat Idul Fitri," katanya.
Selain itu, lanjut dia, adalah dengan mempererat rasa persaudaraan bahwa perayaan keagamaan dapat menjadi momen refleksi untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, cinta kasih, dan persatuan sebagai bangsa Indonesia yang majemuk.
"Di sinilah pentingnya memaknai moderasi beragama guna merawat dan menjaga kerukunan antar umat beragama," ujarnya