Jakarta (ANTARA) - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji menyatakan bahwa kehadiran ayah dalam pengasuhan dapat mencegah anak tumbuh menjadi generasi stroberi, atau generasi yang memiliki banyak potensi namun rapuh dan mudah tertekan.
"Untuk menjadi pemimpin dari generasi ke depan itu penting sosok ayah, jangan hanya memberikan rezeki, tetapi ada sentuhan-sentuhan lain. PR-nya jangan sampai nanti anak-anak kita menjadi generasi stroberi atau generasi hello kitty, tetapi harus menjadi orang-orang yang tangguh," katanya saat ditemui usai acara silaturahmi Kemendukbangga/BKKBN bersama mitra di Jakarta, Senin.
Ia menyebutkan data dari UNICEF bahwa di Indonesia terdapat 20,9 persen anak yang kehilangan peran ayah atau fatherless, sehingga negara mesti hadir untuk mengatasi hal tersebut.
"Fatherless itu memang sekarang sedang kita alami karena mungkin para ayah dulu merasa bahwa tugasnya hanya untuk mencari nafkah saja, padahal sebetulnya ada tanggung jawab pendidikan juga pada ayah," ujar dia.
Untuk mengatasi fenomena fatherless tersebut, Kemendukbangga/BKKBN memiliki program Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), yang salah satu gerakannya yakni mendorong peningkatan kontrasepsi (KB) pria atau vasektomi.
Sementara itu, Praktisi Neuro Parenting Skill dr. Aisah Dahlan mengemukakan pentingnya gaya pengasuhan ayah yang tegas, yang diimbangi dengan pengasuhan ibu sebagai pelaksana harian untuk melatih anak secara konsisten agar menjadi generasi yang kuat di masa mendatang.
"Gaya belajar pendampingan ayah itu harus secara tegas, jadi bukan kasar ya, melainkan tegas dan tangguh. Ayah itu tidak lembek, yang menjadi penentu visi dan misi pendidikan. Nah, nanti pelaksanaan hariannya ibu, misalnya, tidak menyekutukan Tuhan itu harus ayah yang ngomong, nanti yang menjelaskan ibu. Kemudian berbakti pada orang tua, itu ayah yang harus ngomong nah cara berbaktinya misal setiap berangkat harus pamit, cium tangan, itu ibu yang jelaskan," katanya.
Ia juga menyampaikan tantangan pola pengasuhan, di mana dalam 10 tahun terakhir, terdapat perubahan orientasi seksual hingga kecanduan narkotika yang semakin meningkat.
Ia juga menambahkan, gaya komunikasi perempuan dan laki-laki berbeda, di mana laki-laki dalam sehari mampu mengeluarkan 7.000 kata, sedangkan perempuan bisa mencapai 20 ribu kata, untuk itu, pola asuh juga harus menyesuaikan dengan jenis kelamin anak.
"Ayah bisa sampaikan dengan gaya yang tegas, jadi sesuai dengan wataknya dan diulang-ulang sesuai usia anak, mungkin sambil bersepeda diajak ngobrol, dan jangan lupa dilihat anaknya laki-laki atau perempuan, karena laki-laki dalam sehari rata-rata komunikasinya 7.000 kata terdiri dari kata, vokal, dan gerakan tubuh, sedangkan perempuan rata-rata 20 ribu kata per hari," ucap Aisah.