Beijing (ANTARA) - Pemerintah China mendukung putaran baru perundingan nuklir Iran dan tiga negara Eropa yaitu Inggris, Prancis dan Jerman yang akan berlangsung di Turki.
"China selalu menganjurkan penyelesaian isu nuklir Iran secara damai melalui jalur politik dan diplomatik, inilah satu-satunya jalan yang tepat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Senin (21/7).
Kementerian Luar Negeri Iran mengonfirmasi bahwa putaran baru perundingan nuklir antara Iran dan tiga negara Eropa yaitu Inggris, Prancis dan Jerman akan diadakan di Istanbul, Turki, pada 25 Juli 2025.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei menyatakan bahwa Iran setuju untuk melanjutkan perundingan atas permintaan pihak-pihak Eropa yang terlibat dalam kesepakatan nuklir 2015.
Kesepakatan nuklir 2015 tersebut secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
"Isu nuklir Iran berdampak pada perdamaian dan keamanan Timur Tengah serta rezim non-proliferasi nuklir internasional," tambah Guo Jiakun.
Ia pun meminta agar semua pihak dapat bekerja sama dalam upaya membawa isu tersebut kembali ke jalur penyelesaian politik.
Dari Iran, Baghaei mengatakan, akan ada Majid Takht-Ravanchi dan Kazem Gharibabadi yang ikut dalam perundingan tersebut.
Sebelumnya dalam perundingan dengan menteri luar negeri Iran pada Kamis (17/7), para menteri luar negeri dari Inggris, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa menekankan urgensi untuk kembali ke jalur diplomasi guna mencapai kesepakatan nuklir, atau mereka bersiap mendorong mekanisme "snapback" PBB, yaitu penerapan kembali sanksi internasional terhadap Iran.
Perundingan antara Iran dan AS berlangsung melalui mediator Oman hingga terjadinya serangan mendadak Israel terhadap Iran pada 13 Juni, yang memicu perang selama 12 hari.
Serangan itu terjadi hanya dua hari sebelum putaran negosiasi keenam yang direncanakan di Muscat.
Iran menuding AS terlibat dalam serangan Israel, yang menewaskan pejabat tinggi militer Iran, ilmuwan nuklir, dan warga sipil. AS juga melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran, dan mengeklaim telah menghancurkannya. Gencatan senjata kemudian mulai diberlakukan pada 24 Juni.
Sementara AS dan Eropa mengatakan bahwa Iran tidak akan pernah boleh memiliki bom nuklir, Teheran berpendapat programnya dimaksudkan untuk penggunaan tenaga nuklir secara damai.
Setelah melakukan perundingan dengan trio negara Eropa dan Uni Eropa, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa AS-lah yang menarik diri dari perjanjian nuklir 2015.