Mentok, Babel (ANTARA) - Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi-Kepulauan Bangka Belitung melakukan pendampingan kepada warga Desa Rambat, Kabupaten Bangka Barat dalam melestarikan berbagai objek budaya yang ada di desa tersebut.
Kepala BPK Wilayah V Jambi-Babel Agus Widiyatmoko di Mentok, Selasa, mengapresiasi warga pesisir Desa Rambat yang sejauh ini telah berbuat nyata untuk pelestarian budaya yang ada di desa tersebut, salah satunya adalah kegiatan Festival Jerieng Pesisir yang menyajikan sebanyak 1.000 mangkuk rusep sekawak ketak.
"Kami datang ke sini sekaligus mendampingi Desa Rambat, BPK Wilayah V membawahi Provinsi Jambi dan Babel bertugas di bawah Kementerian Kebudayaan RI yang berkonsentrasi terhadap pelestarian kebudayaan di masyarakat," katanya.
Di Desa Rambat, kata dia, para petugas BPK V Jambi-Babel telah melakukan pendokumentasian dalam bentuk video terhadap beberapa objek pemajuan kebudayaan yang ada, antara lain kuliner rusep, bubur sure, godo- godo bilis, dan taber laut.
"Tentu ini menjadi potensi-potensi objek pemajuan kebudayaan yang akan kami kembangkan menjadi warisan budaya tak kenda ke depan, Desa Rambat ini memiliki potensi besar untuk pariwisata dan kebudayaan," katanya.
Ia juga mengapresiasi panitia Festival Jerieng Pesisir 2025 yang telah berhasil menerapkan salah satu kearifan lokal dalam bentuk mengurangi penggunaan plastik.

Selain tidak menggunakan plastik dalam penyajian kuliner, panitia juga berhasil menampilkan dekorasi dengan memanfaatkan berbagai bahan alami yang ada di sekitar, termasuk penggunaan wadah penyajian makanan dan kuliner lokal.
Ia berharap Festival Jerieng Pesisir dapat berkembang dengan mengangkat berbagai potensi dan unsur budaya lokal, sehingga yang terlibat juga semakin banyak.
"Kami optimistis jika ini terus dijaga maka akan semakin banyak yang terlibat sehingga potensi yang ada di Desa Rambat semakin berkembang, wisata Jerieng Pesisir semakin memberikan manfaat untuk banyak orang," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat Muhammad Ali mengatakan berdasarkan catatan sejarah, warga Desa Rambat yang tahun ini memeringati hari jadi ke-265 berdirinya Pangkal Rambat yang berdori sekitar tahun 1760 oleh Tumenggung Dita Menggala di Mentok atas perintah Sultan Palembang Ahmad Najamuddin.
"Pangkal Rambat ini merupakan bagian dari sejarah permukiman awal di Pulau Bangka. Rambat tidak dipisahkan dalam sejarah timah Indonesia, karena desa ini kaya cadangan timah, dan Pemerintah Kolonial Belanda membangun ruas jalan dari Mayang ke Pangkal Rambat Pada tahun 1914, menyusul pengoperasian kapal keruk Rambat pada 1927," katanya.
Satu hal yang selama ini jarang diketahui masyarakat, dalam masa pengasingan sejumlah pendiri Republik di Pulau Bangka pada akhir Januari 1949 Perdana Menteri sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Hatta pernah singgah berkunjung di Rambat.
Selain catatan sejarah itu, Desa Rambat juga memegang peran penting pada sejarah pertambangan bijih timah di Pulau Bangka, mulai zaman Kesultanan Palembang, hingga zaman Tambang Timah Bangka (TTB) yang berakhir di tahun1973.
"Dengan potensi besar yang dimiliki dan dukungan seluruh unsur masyarakat bersama pemerintah sudah saatnya Desa Rambat berbenah membangun diri menjadi desa yang sejahtera berdasar potensi kekayaan alam yang dimiliki," katanya.
Pemkab Bangka Barat akan terus mendukung pembangunan wisata Desa Rambat berbasis pada objek pemajuan kebudayaan yang dimiliki dan keindahan pantai dengan lokasi snorkeling di laut dangkal Karang Pambong, dan pemandangan suasana sunset Pantai Batu Keranji" katanya.
