Pangkalpinang (ANTARA) - Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar menegaskan ajaran agama dengan kearifan dan budaya lokal masyarakat harus sejalan, karena substansi agama selalu mengedepankan cinta.
"Ajaran agama apapun di Indonesia ini tidak boleh mempertentangkan dirinya dengan budaya lokal," kata Nasaruddin Umar saat meresmikan Sekolah Tinggi Agama Konghucu Indonesia Negeri (Setiakin) di Pangkalpinang, Selasa sore.
Ia mengatakan kearifan lokal masyarakat Tionghoa yang terdapat dalam ajaran Konghucu ini adalah penghormatan kepada orang tua, mereka menganggap orang tua seperti setengah dewa.
"Tradisi masyarakat Tionghoa ini mencuci kaki orang tua, karena mereka menyakini bahwa doa orang tua itu menembus langit dan mereka juga yakin jika durhaka kepada orang tua maka tidak akan ada penghidupan yang layak dan ini sama dengan ajaran Islam dan agama lainnya," ujarnya.
Baca juga: Menag: Utusan Paus Leo akan kunjungi Masjid Istiqlal Jakarta
Baca juga: Menag sebut Sekolah Tinggi Konghucu berkat jasa Presiden Gus Dur
Ia menyatakan kehadiran tradisi dan kearifan lokal seperti sama juga dengan kehadiran Agama Islam, Budha, Hindu, Kristen Katolik dan Protestan untuk memberikan penguatan terhadap budaya-budaya dan kearifan lokal bangsa ini.
"Insya Allah, enam agama di Indonesia untuk bersama-sama untuk terus memberikan akomodasi terhadap kearifan-kearifan lokal ini," katanya.
Ia menegaskan agama apapun di Indonesia tidak boleh mempertentangkan budaya dan kearifan lokal, karena substansi ajaran agama itu selalu mengedepankan cinta.
"Di mana ada agama maka di situ pasti ada cinta. Jadi kalua ada orang mengajarkan agama tetapi juga mengajarkan kebencian antar sesama dan itu bukan mengajarkan agama tetapi mengajarkan kebalikan dari ajaran agama tersebut," katanya.
Baca juga: Menag: Indonesia miliki Sekolah Tinggi Konghucu pertama di Bangka Belitung
Baca juga: Menteri Agama resmikan Sekolah Tinggi Konghucu di Babel
