Jakarta (Antara Babel) - Raja Arab Saudi Sri Baginda Khadimul Haraman
Al-Syarifain Salman bin Abdulaziz al-Saud beserta rombongan mendarat
mulus dan disambut langsung oleh Presiden Joko Widodo di Bandara Halim
Perdanakusuma, Jakarta, Rabu.
Kedua kepala negara itu saling bersalaman dan cium pipi pertanda kehangatan dan keakraban pemimpin kedua negara.
Hal lain yang juga menarik dari kedatangan Raja Salman, selain
menuruni tangga pesawat dengan menggunakan eskalator yang khusus dibawa
dari negerinya, juga jubah kebesaran yang dikenakannya.
Ia mengenakan "bisht", istilah Arab untuk jubah luar pada tradisi
busana negara-negara Arab pada umumnya, yang berbeda dengan anggota
rombongannya, para pangeran dan para menteri serta pejabat tinggi
pemerintah kerajaan negeri yang terkenal dengan sebutan "petrodolar"
itu.
Raja Salman mengenakan jubah atau "bisht" cokelat madu dan ornamen
sulaman tepi jubah berwarna keemasan pada kerah dan lengan serta
"ghutrah" atau penutup kepala atau sorban motif bergaris merah, lengkap
dengan pengencang berwarna hitam untuk penutup kepala. Jubah bagian
dalam Raja Salman berwarna beige.
Sementara Raja Faisal saat berkunjung ke Indonesia pada 10 Juni
1970 mengenakan "bisht" berwarna hitam, juga dengan sulaman keemasan
pada tepi jubah.
Rima Almukhtar dari Arab News pernah membuat tulisan berjudul
"Traditional & Modern: The Saudi Mans Bisht" pada 7 November 2012
bahwa jubah itu biasanya terbuat dari kain wol dengan beragam warna dari
putih, beige, krem, hingga cokelat, abu-abu dan hitam.
"Bisht" atau jubah itu merupakan busana resmi pilihan bagi kalangan
politisi, ulama, dan kalangan atas bagi negara-negara di dunia Arab.
Rima Almukhtar mengutip pendapat seorang penjahit ternama Arab
Saudi dari Al Ahsa bernama Abu Salem bahwa "bisht" awalnya dibuat di
Persia. Arab Saudi mengenal busana tradisional itu ketika pedagang asal
Persia mengenakan "bisht" saat menjalankan ibadah haji dan umrah di
Mekkah, Arab Saudi.
Al Ahsa merupakan provinsi di Arab Saudi bagian timur dan dikenal
sebagai daerah asal para penjahit "bisht" terbaik di Arab Saudi selama
lebih dari 200 tahun, dan menjadi provinsi dengan produsen terkemuka di
negara-negara untuk kawasan Teluk sejak 1940.
Berbagai perusahaan pembuat busana tradisional "bisht" terkenal itu
antara lain Al-Qattan, Al-Kharas, Al-Mahdi, atau Al-Bagli. Beragam
"bisht" dikenali dari sulamannya dari benang emas, perak, dan sutera.
Di pasaran di negara-negara Arab, harga satu busana "bisht"
bervariasi antara 100 Riyal Saudi atau Rp356.500 (nilai tukar satu Riyal
sama dengan Rp3.565) hingga 20 ribu Riyal Saudi atau Rp71,3 juta
tergantung dari pabrik, jahitan, warna, dan model.
Paling mahal adalah "bisht" untuk keluarga Kerajaan Arab Saudi yang
khusus dijahit untuk raja, pangeran, politisi, dan kalangan kaya raya.
Umumnya keluarga kerajaan mengenakan jubah berwarna hitam, cokelat madu,
beige, dan krem.
"Bisht" untuk kalangan kerajaan sangat mahal karena merupakan
buatan tangan (bukan pabrik), menggunakan benang emas, benang perak,
atau kombinasi benang emas dan perak.
Terdapat tiga desan "bisht" utama untuk kalangan kerajaan Arab Saudi, yakni Darbeyah, Mekasar, dan Tarkeeb.
Darbeyah terkenal dengan buatan tangan dengan sulaman pola
tradisonal. Mekasar atau yang dikenal denga Gasbi memiliki sulaman
sutera, sedangkan Tarkeeb dengan sulaman emas.
Jubah dengan sulaman emas membutuhkan waktu lebih lama dalam
pembuatannya karena membutuhkan keterampilan tertentu dengan tingkat
akurasi yang tinggi. Lamanya waktu tergantung pada model dan
rancangannya.
Untuk membuat "bisht" buatan tangan, model Hasawi, bisa memakan
waktu antara 80 hingga 120 jam dengan empat penjahit sekaligus dengan
tugas masing-masing.
Jubah Hasawi yang khusus dari Al Ahsa, menjadi yang paling mahal
karena menggunakan rambut unta (camelus) atau rambut llama (camelidae)
atau wol dari domba (caprinae) dengan sulaman emas pada bagian kerah dan
lengan.
Meskipun "bisht" memiliki dua lengan tetapi secara tradisional
mereka yang mengenakannya umumnya hanya memasukkan tangannya pada salah
satu sisi lengan jubah sedangkan sisi lainnya dibiarkan tergantung.
Antusias
Selain jubah kebesaran Raja Salman, hal menarik dari kedatangan
Kepala Negara Kerajaan Arab Saudi itu adalah antusiasme masyarakat dalam
menyambut tamu negara tersebut.
Deretan masyarakat tampak berjajar dari Bandara Halim, seputar
kawasan Halim, pengendara dan penumpang yang menghentikan kendaraannya
di jalan tol Jagorawi, hingga masyarakat di sekitar Istana Kepresidenan
di Kota Bogor.
Kedatangan Raja Salman menjadi magnet bagi warga Kota Bogor yang
sangat antusias menyambut kedatangannya, sejak pagi hari hingga saat
Raja tiba dan diwarnai hujan deras.
Banyak warga sejak pagi telah berdatangan dan memadati pusat kota,
berdiri berjejer di trotoar sepanjang jalan protokol menuju Istana
Bogor.
Suasana tampak berbeda dari penyambutan tamu negara sebelumnya,
warga membaur memadati setiap penggir pusat kota mulai dari gerbang tol
Bogor menuju Jalan Otista, Juanda, Balai Kota, hingga ke Jalan Jalak
Harupat.
Dua jam menjelang kedatangan, suasana lebih meriah, dan pusat kota
dipadati oleh warga yang ingin melihat kedatangan tamu negara.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto yang berbaur bersama masyarakat
menyebutkan kemeriahan menyambut kedatangan Raja Salman sudah tampak
sejak pagi hari. Pelajar dari berbagai sekolah bersama warga Kota Bogor
dan sekitarnya berbaris di sepanjang jalan yang dilalui tamu negarar.
Menurut Bima, warga merasa memiliki kedekatan emosional dengan Raja
Salman karena mayoritas warga Muslim dan di Kota Bogor terdapat kampung
khusus yang dihuni warga keturunan Arab.
Ia juga menilai pemberitaan media yang cukup banyak membuat warga
mendapatkan informasi tentang Raja Salman dan ingin mengetahui secara
langsung.
"Liputan media cukup maksimal menjelang kedatangan, kekuatan emosional terhadap Raja Salman juga," tuturnya.
Menurut Bima, figur Raja Salman dikenal sebagai sosok yang humanis,
gemar berderma, dan ramah. Apalagi Raja Salman itu sejak usia 10 tahun
sudah hafal Al Quran. Figurnya sangat kuat di mata masyarakat Indonesia
yang mayoritas Muslim.
Warga masyarakat selain mengibarkan bendera Merah Putih juga mengibarkan bendera Kerajaan Arab Saudi.
Meskipun telah dibuat garis pembatas, pelajar dan warga sangat antusias untuk melambaikan tangan dan bendera.
Tidak ada sterilisasi, dan tidak ada pembatasan, warga dan pelajar
yang ingin menyambut kedatangan Raja Salman dapat leluasa melambaikan
tangan di sepanjang pinggir jalan yang dilalui.
Kota Bogor mengerahkan sekitar 50 ribu pelajar dan didampingi 10
ribu gurunya. Ditambah dengan warga yang secara sukarela datang hanya
untuk melihat kedatangan Raja Salman.
Eki Salim Bawazir, seorang pelukis jalanan yang biasa mangkal di
Jalan Juanda, di sekitar Istana Bogor, secara khusus bahkan memajang
lukisan wajah Raja Salman dari hasil karyanya.
Lukisan naturalis menggunakan pensil tersebut diberi bingkai kayu
berwarna emas. Ia khusus membuat lukisan itu untuk menghormati
kedatangan Raja Salman.
Surat kabar nasional, Republika, bahkan membuat berita utama pada
halaman mukanya dengan lukisan Raja Salman dan berita berbahasa Arab
berjudul "Ahlan wa Sahlan".
Antusiasme menyambut kedatangan Raja Salman ini menunjukkan
keramahtamahan masyakarat Indonesia selaku tuan rumah yang baik dalam
menyambut tamu negara.
Berita Terkait
Hoaks! Artikel Raja Salman sebut Indonesia negara munafik
23 September 2024 10:10
Wamen Arab Saudi pastikan pelayanan terbaik tamu haji Raja Salman
12 Juni 2024 09:30
Raja Arab Saudi restui Anies bangun "Kampung Haji Indonesia" jika menang Pemilu, benarkah?
14 Februari 2024 13:30
Raja Salman bakal hadiri KTT G20 di Bali
23 September 2022 21:02
Menhan disambut Putra Raja Arab Saudi bahas kerja sama bilateral
8 Maret 2022 09:29
Raja Arab Saudi khawatir tentang program nuklir Iran
30 Desember 2021 10:48
Raja Arab Saudi Salman menerima suntikan dosis pertama vaksin COVID-19
9 Januari 2021 12:52
Raja Salman menjalani pemeriksaan kantung empedu
20 Juli 2020 11:06