Jakarta (Antara Babel) - Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak rakyat "hadir" bersama Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.
"Hal itu tampak saat Vlog (Video Blogging) yang direkam langsung oleh Presiden Joko Widodo (Presiden) ketika pertemuannya dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud di meja makan di istana Bogor yang sangat komunikatif," ujar Emrus Sihombing di Jakarta, Kamis.
Saat itu, lanjutnya, kedua pemimpin memberikan pesan langsung kepada seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, suasana tersebut mengandung lima makna sekaligus.
Pertama, rakyat Indonesia yang menonton Vlog tersebut merasa turut diundang oleh Presiden dan ikut hadir pada acara makan siang bersama dengan Raja. Saat itu, Presiden mengambil gambar Raja sedang menyendok makanan yang terhidang di depannya.
"Raja sedang menikmati santapan makan siang dengan penuh ceriah, layaknya kita sedang menikmati hidangan kesukaan," kata dia.
Kedua, isi Vlog yang tanpa editing itu (tanpa perlakukan pasca rekaman) menunjukkan suasana di meja makan kedua pimpinan negara, Jokowi dan Raja, seolah lepas dari acara protokoler yang sangat normatif dan terkesan kaku.
"Relasi di antara mereka berdua sangat cair, penuh kehangatan, seakan mereka berdua sedang makan di rumah tinggal tuan rumah, di Solo," kata dia.
Ketiga, suasana makan di meja makan pun sangat-sangat natural. Itu dapat dilihat dari posisi duduk saat Raja menikmati makanan. Raja tampak rileks.
"Saat itu, awal rekaman, Presiden merekam dirinya sedang menyampaikan latarbelakang kunjungan Raja di Indonesia sebagai kunjungan balasannya ke Arab Saudi tahun 2015 yang lalu. Presiden mengarahkan kameranya ke arah Raja yang sedang menikmati makanan yang terhidang. Setelah itu, Presiden merekam sendiri ketika Raja sejenak memberikan pandangan singkat dengan spontanitas yang mengapresiasi semua bentuk komunikasi silaturahmi antara kedua negara," kata dia.
Kempat, perekaman langsung yang dilakukan oleh Presiden, sekaligus mengandung makna bahwa Presiden sungguh-sungguh sebagai pemimpin yang langsung melayani rakyat. Bukan dilayani. Sebab, ia tidak meminta orang lain untuk merekamnya.
"Sebab, bila Presiden meminta orang di sekitarnya untuk merekam, dipastikan akan berlomba-lomba melakukan perekaman tersebut," ujar dia.
Kelima, saat pertemuan tersebut sekaligus sebagai diplomasi makan di meja bundar yang bisa mempererat hubungan persaudaraan dalam kesetaraan. Diplomasi makan siang merupakan ciri budaya ke-Indonesia-an.