Jakarta (Antara Babel) - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin
meminta seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk ikut melawan penyebaran tulisan hoax,
terutama dengan tidak ikut menyebarkan kembali tulisan dimaksud.
"Saat ini banyak tulisan yang berisi caci maki, menyebarkan
kebencian, dan berisi fitnah yang menyebar di dunia maya. Ini
mengkhawatirkan," kata Lukman saat menyampaikan "keynote speech" pada
seminar nasional di Auditorium Prof Dr Harun Nasution UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Selasa.
Seminar bertajuk "Hoax di media massa dan media sosial:
pergulatan antara fitnah dan tanggung jawab sosial," menampilkan
pembicara Nukman Luthfie (pakar teknologi informasi media sosial), R
Niken Widiastuti (Dirjen Informasi dan Komunikasi Publlik Kementerian
Kominfo), dan Imam Wahyudi (anggota Dewan Pers).
Menurut Menag, kini dunia maya sedang dilanda penyakit hati.
Sampah informasi bertebaran secara masif tanpa verifikasi dan
konfirmasi. Hoax, sas-sus, fitnah, dan hujatan bersahut-sahutan nyaris
tiada henti. Informasi sumir yang sudah usang datang silih berganti.
Mengutip data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Lukman
mengemukakan, pada akhir 2016 terdapat sedikitnya 800 laman yang diduga
menjadi produsen virus hoax, berita palsu, dan ujaran kebencian.
"Tulisan atau berita dari situs-situs tersebut tersebar melalui
Facebook, Twitter, hingga grup-grup WA. Virus-virus itu langsung
menyerang otak dan mengoyak nalar insani," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Nukman Luthfie juga melihat hoax
menjadi fenomena yang meresahkan di masyarakat. Hoax dijadikan kendaraan
oleh kelompok tertentu untuk menyebarkan berita bohong yang tidak
bertanggungjawab.
"Ironisnya, hoax ini sulit dibendung seiring dengan kemajuan
teknologi informasi berupa media sosial," kata pakar teknologi informasi
media sosial itu.
Menurut Nukman, kunci untuk membendung hoax adalah literasi serta
pemahaman dan kecerdasan masyarakat dalam menyaring berita atau
informasi. Selama ini masyarakat tidak terbiasa berpikir kritis dan
kesannya gampang menelan konten apapun di media dan medsos, termasuk
konten yang tidak berdasar.
Jika seseorang terpapar virus tersebut, dia akan mengalami
skizofrenia informasi yang berujung lunturnya nurani serta hilangnya
kebijaksanaan akal dan keluhuran budi.
Padahal, akal dan budi adalah penentu seseorang untuk mampu tegak
dalam jalur kemuliaan ataukah terjerembab dalam kemudaratan. Makanya,
penyakit hati sering disebut biang segala masalah, demikian Nukman
Luthfie.
Berita Terkait
Menag: kasus Miftah Maulana bisa jadi pembelajaran kontrol diri
4 Desember 2024 16:38
Menag serukan perjuangan kolektif bela hak Palestina
19 November 2024 13:39
Menag wajibkan kegiatan kepramukaan di madrasah dan pesantren
18 November 2024 14:00
Menag: murur terbukti efektif atasi kepadatan hingga ramah lansia
28 Oktober 2024 15:31
Yaqut dan Menag Nasaruddin Umar saling beri apresiasi saat sertijab
21 Oktober 2024 15:51
Prabowo tunjuk Nasaruddin Umar sebagai Menteri Agama gantikan Yaqut Cholil Qoumas
21 Oktober 2024 01:05
Menag dorong Baznas perkuat kolaborasi dengan pemerintah
15 Oktober 2024 16:04
Pansus haji gelar agenda RDPU sekaligus panggil Menag
23 September 2024 10:53