Jakarta (Antara Babel) - Media USA Today pernah menulis pada teras beritanya, begini: "When you're royalty, go big or don't go at all", yang berarti saat anda raja, pergilah dengan jumlah rombongan yang besar atau jangan pergi sama sekali.
Kalimat pembuka media dari Amerika Serikat itu ditujukan untuk memberitakan kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud di Washington DC, Amerika Serikat, pada 3 September 2015 untuk melakukan pertemuan dengan Presiden AS saat itu Barack Obama pada 4 September 2015 dan dengan sejumlah pejabat tinggi AS.
Kunjungan Raja Salman ke AS itu merupakan kunjungannya yang pertama sejak dia naik tahta pada 23 Januari 2015 dan merupakan kunjungan balasan atas kunjungan Obama ke Riyadh, Arab Saudi,pada 27 Januari 2015 atau empat hari setelah Raja Salman bertahta menjadi raja ketujuh di Kerajaan Arab Saudi.
Diceritakan oleh USA Today bahwa Raja Salman ketika itu juga membawa rombongan dalam jumlah besar. Lusinan mobil mewah pun telah disiapkan di Pangkalan Udara Andrews Angkatan Udara AS di Maryland, AS, tempat Raja Salman mendarat, untuk membawa Raja Salman beserta rombongannya.
Pemerintah AS juga melakukan pengamanan dengan sangat ketat dalam jumlah kendaraan pengawalan yang banyak dan jumlah pasukan pengamanan yang besar selama Raja Salman melakukan kunjungan tersebut.
Sekitar tiga bulan sebelum kunjungannya ke AS, Raja Salman juga membawa rombongan sekitar 1.000 orang untuk berlibur di Pantai Riviera, di Cannes, Prancis.
Sayangnya, rencana liburan selama tiga minggu di destinasi wisata kelas dunia itu, diperpendek menjadi delapan hari karena ada keberatan dari penduduk lokal yang terganggu lantaran sejumlah akses publik di sekitar pantai itu menjadi area tertutup, dengan alasan pengamanan, untuk liburan privat Raja Salman beserta rombongan.
Rombongan dalam jumlah besar, sekitar 1.500 orang juga dibawa oleh Raja Salman dalam kunjungan ke Indonesia pada 1-12 Maret 2017 atau diperpanjang tiga hari dari jadwal semula dari tanggal 1 hingga 9 Maret 2017.
Selain melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia pada tanggal 1 hingga 4 Maret 2017, Raja Salman beserta rombongan juga berlibur di Bali sejak 4 Maret dan dijadwalkan berlangsung hingga 12 Maret 2017, sebelum meninggalkan Indonesia menuju Jepang.
Lawatan sebulan Raja Salman sejak 26 Februari lalu adalah untuk berkunjung ke Malaysia (26 Februari - 1 Maret 2017), Indonesia (1-12 Maret 2017), Brunei Darussalam (4 Maret 2017), Jepang (12-15 Maret 2017), lalu ke China selama empat hari, Maladewa, dan Jordania hingga 29 Maret 2017.
Pemberitaan media asing
Berbagai media asing pun tertarik memberitakan rombongan besar yang dibawa Raja Salman selama kunjungannya di Indonesia. Para menteri dan puluhan pangeran serta keluarga kerajaan termasuk pasukan pengamanan dibawa dalam rombongan Raja Salman.
Media BBC News, misalnya, memberitakan kunjungan Raja Salman ke Indonesia, selain dengan rombongan yang besar, juga mengangkut 459 ton berbagai kebutuhan logistik dan peralatan dalam kargo, termasuk mobil mewah untuk Raja Salman berupa Mercedes-Benz S600s, dua eskalator. Barang dan logistik seberat 459 ton itu dibagi untuk 63 ton dibawa ke Jakarta dan 396 ton dibawa ke Bali.
Selain diangkut dengan tujuh pesawat khusus berbadan lebar dan dua pesawat khusus logistik, seluruh rombongan yang lain dibawa diangkut dalam 27 penerbangan dari Arab Saudi ke Jakarta sebelum ke Bali dan sembilan penerbangan langsung ke Bali.
Meskipun sama-sama dalam rombongan yang besar, suasana kunjungan Raja Salman ke AS dan Prancis amatlah berbeda dengan kunjungannya ke Indonesia kali ini.
Salah satu hal yang membedakannya adalah suasananya kenyamanan yang dialami Raja Salman. Saat di AS, kunjungan Raja Salman sempat diwarnai aksi unjuk rasa di sekitar tempat menginapnya di Hotel Four Seasons, walaupun pengamanannya sudah ketat.
Begitu pula saat di Cannes, Prancis, Raja Salman memperpendek masa liburannya karena adanya keberatan dari penduduk lokal.
Sementara di Indonesia, Raja Salman merasa nyaman bahkan terharu atas sambutan rakyat Indonesia yang begitu ramah dan antusias menyambut kedatangannya.
Pemerintah pun merasa kedatangan Raja Salman, selain dapat meningkatkan hubungan bilateral, juga dapat meningkatkan sektor pariwisata di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya bahkan menyebut Raja Salman telah menjadi "endorser" (pendongkrak) gratis untuk meningkatkan pariwisata Indonesia, menyusul diperpanjangnya masa liburan rombongan tersebut di Bali hingga 12 Maret 2017. Liburan Raja Salman di Bali itu diyakini mendongkrak kunjungan wisatawan asal Arab Saudi atau Timur Tengah sebesar 50 persen, yakni dari 250 ribu wisatawan asal Timur Tengah pada 2016, menjadi 350 ribu orang pada tahun ini.
"Target kami naik. Pada 2015 kunjungan wisatawan asal Timur Tengah itu sekitar 180 ribu, lalu pada 2016 naik menjadi 250 ribu. Dengan kedatangan Raja Salman kami yakin bisa sampai 350 ribu karena saya yakin Raja Salman itu 'endorser' gratis," katanya.
Perpanjangan liburan Raja Salman beserta anggota rombongannya yang besar di Bali menunjukkan bahwa sang raja nyaman berlibur di Indonesia. Hal itu tentu akan membuat masyarakat di kawasan Timur Tengah penasaran akan pariwisata di Indonesia, khususnya Bali. Apalagi Raja Salman ini tokoh dan memang ditokohkan di Timur Tengah.
"Akan makin yakin saja orang Timur Tengah datang karena Raja Salman saja datang," katanya.
Kendati tidak merekomendasikan lokasi wisata yang bisa dikunjungi, satu hal yang akan disukai Raja Salam adalah laut.
"Beliau suka mandi di laut. Kalau mau ya ke Nusa Penida. Kemarin, kan, beliau terintip di Pantai Pandawa," ujar Menteri Pariwisata.
Dari kunjungan Raja Salman besarta rombongannya yang besar ini, pemerintah akan terus mendorong agar wisman asal Timur Tengah bisa datang ke Indonesia.
"Contohnya Maladewa, Raja Salman itu hampir setiap tahun datang ke Maladewa. Baru sekarang ke datang ke Bali. Kita harap bisa seperti itu," katanya.
Pemerintah wajar berharap kunjungan Raja Salman dan rombongan besarnya ini akan berdampak pada kunjungan wisatawan asal Timur Tengah untuk berlibur di Indoensia. Pasalnya, mereka dikenal sebagai wisatawan royal dan tidak ragu mengeluarkan uang untuk berlibur.
Menteri Pariwisata menyebut satu orang wisatawan mancanegara asal Timur Tengah bisa menghabiskan 2.500 dolar AS atau dua kali lipat dari wisatawan mancanegara lain yang rata-rata menghabiskan 1.200 dolar AS dari satu kali kunjungannya ke Indonesia .
Menteri Pariwisata menyatakan keyakinannya makin banyak wisatawan Timur Tengah berkunjung ke Indonesia karena semua yang dibayangkan mereka tentang keindahan itu ada di Indonesia, yang hijau dan air mengalir di bawahnya. Itu semua ada di sini, tidak didapat di sana.