Hamburg, Jerman (Antara Babel) - Amerika Serikat, Rusia, dan Yordania
mencapai kesepakatan de-eskalasi dan gencatan senjata di bagian barat
daya Suriah pada Jumat.
Gencatan senjata yang dijadwalkan bermula
Minggu tengah hari waktu Damaskus itu diumumkan setelah pertemuan
antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir
Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Hamburg, Jerman.
Menteri
Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan area yang tercakup
dalam kesepakatan gencatan senjata itu mempengaruhi keamanan Yordania
dan merupakan "bagian sangat rumit dari medan perang Suriah".
Rusia
dan Iran adalah pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad
sedangkan Washington mendukung sejumlah kelompok pemberontak yang ingin
menggulingkan dia.
"Saya pikir ini merupakan indikasi pertama
bahwa AS dan Rusia bisa bekerja bersama di Suriah, dan sebagai hasilnya
kita melakukan diskusi panjang mengenai area-area lain di Suriah yang
selanjutnya bisa tercakup dalam kerja bersama untuk de-eskalasi area,"
kata Tillerson.
Gencatan senjata serupa sebelumnya gagal bertahan
lama dan tidak jelas berapa banyak pejuang yang sebenarnya -- dari
pemerintah Assad dan pasukan pemberontak utama Suriah di daerah barat
daya-- yang berkomitmen dalan upaya terkini.
Menteri Luar Negeri
Rusia Sergei Lavrov mengatakan kesepakatan itu meliputi "pengamanan
akses kemanusiaan dan pengaturan hubungan antara oposisi di kawasan dan
pusat monitoring yang dibangun di ibu kota Yordania".
Gencatan
senjata itu mestinya bisa membuka jalan menuju upaya perdamaian yang
lebih besar, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat
yang terlibat dalam pembicaraan itu.
"Ini merupakan langkah
pertama dalam apa yang kami angankan sebagai pengaturan gencatan senjata
dan de-eskalasi yang lebih rumit dan besar bagian barat daya Suriah,
pastinya lebih kompleks ketimbang yang diupayakan pada masa lalu".
Tillerson mengatakan bahwa tujuan-tujuan Amerika Serikat dan Rusia di Suriah "sama persis".
Namun Washington dan Moskow sejak lama berseberangan dengan Rusia mengenai Suriah.
Amerika
Serikat sering menyerukan pelengseran Assad, yang disalahkan atas
penembakan pengunjuk rasa pada awal konflik dan serangan senjata kimia
ke warga sipil.
Sementara Rusia dan Iran merupakan pendukung
pemimpin Suriah itu, yang memberi kedua negara itu pijakan strategis di
Laut Mediterania.
Terlepas dari gencatan senjata itu, Tillerson
mengatakan Amerika Serikat tidak melihat "peran jangka panjang keluarga
Assad atau rejim Assad. Dan kami membuat ini jelas bagi semua. Kami
pastinya juga menegaskan ini dalam diskusi kami dengan Rusia". (Reuters)
AS-Rusia-Yordania Sepakati Gencatan Senjata Parsial di Suriah
Sabtu, 8 Juli 2017 16:21 WIB